Kamis, 07 April 2016

AIR MINUM DIGURUN PASIR

Suhefriandi

AIR MINUM DIGURUN PASIR.
   
Seorang pria tersesat di gurun pasir. Ia hampir mati kehausan. Akhirnya, ia tiba di sebuah rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela dan hampir roboh itu, terdapat sebuah pompa air. Segera ia menuju pompa itu dan mulai memompa sekuat tenaga. Tapi, tidak ada air yang keluar.

Lalu ia melihat ada kendi kecil di sebelah pompa itu dengan mulutnya tertutup gabus dan tertempel kertas dengan tulisan,”Sahabat, pompa ini harus dipancing dengan air dulu.. Setelah Anda mendapatkan Lairnya, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum Anda pergi.” Pria itu mencabut gabusnya dan ternyata kendi itu berisi penuh air.

“Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Tidak ada air lagi. Bukankah lebih aman saya minum airnya dulu daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa menuangkannya ke pompa karatan hanya karena instruksi di atas kertas kumal yang belum tentu benar?” Begitu pikirnya.

Untung suara hatinya mengatakan bahwa ia harus mencoba mengikuti nasihat yang tertera di kertas itu, sekali pun berisiko. Ia menuangkan seluruh isi kendi itu ke dalam pompa yang karatan itu dan dengan sekuat tenaga memompanya.

Benar!! Air keluar dengan melimpah. Pria itu minum sepuasnya.

Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi itu sampai penuh, menutupkan kembali gabusnya dan menambahkan beberapa kata di bawah instruksi pesan itu: “Saya telah melakukannya dan berhasil. Engkau harus mengorbankan semuanya terlebih dahulu sebelum bisa menerima kembali secara melimpah. PERCAYALAH!! Inilah kebenaran hukum alam.”

Semoga cerita singkat ini bermanfaat.

Selamat beristirahat sobat semua. Semoga kita semua diberi kesehatan dan rejeki yg melimpah Aamiin.

Selasa, 05 April 2016

BILA ESOK TAK PERNAH ADA

BILA ESOK TAK PERNAH ADA.

Suhefriandi

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu terlelap tidur, Aku akan menyelimutimu dengan lebih rapat dan berdoa kepada Tuhan agar menjaga jiwamu.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kulihat dirimu melangkah keluar pintu, Aku akan memelukmu erat dan menciummu dan memanggilmu kembali untuk melakukannya sekali lagi.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya kudengar suaramu memuji, Aku akan merekam setiap kata dan tindakan dan memutarnya lagi sepanjang sisa hariku.

Bila kutahu ini akan menjadi terakhir kalinya, aku akan meluangkan waktu ekstra satu atau dua menit, Untuk berhenti dan mengatakan “Aku mencintaimu” dan bukannya menganggap kau sudah tahu.

Jadi untuk berjaga-jaga seandainya esok tak pernah datang dan hanya hari inilah yang kupunya,  Aku ingin mengatakan betapa aku sangat mencintaimu dan kuharap kita takkan pernah lupa.

Esok tak dijanjikan kepada siapa pun, baik tua maupun muda. Dan hari ini mungkin kesempatan terakhirmu untuk memeluk erat orang tersayangmu.

Jadi, bila kau sedang menantikan esok, mengapa tidak melakukannya sekarang?

Karena bila esok tak pernah datang, kau pasti akan menyesali hari.

Saat kau tidak meluangkan waktu untuk memberikan sebuah senyuman, pelukan atau ciuman. Dan saat kau terlalu sibuk untuk memberi seorang yang ternyata merupakan permintaan terakhir mereka.

Jadi, DEKAP ERAT ORANG-ORANG TERSAYANGMU HARI INI DAN BISIKAN DITELINGA MEREKA,  BAHWA KAU SANGAT MENCINTAI MEREKA DAN KAU AKAN SELALU MENYAYANGI MEREKA.

Luangkan waktu untuk mengatakan “Aku menyesal”, “Maafkan aku”, Terima kasih”, atau “aku tidak apa-apa”

Dan bila esok tak pernah datang, kau takkan menyesali hari ini.

SUBHANALLAH. TRIMAKASIH YA ALLAH   ATAS KEINDAHAN HIDUP YG KUTERIMA HARI INI. AAMIIN.

Resonansi Jiwa " BATU BESAR "

Suhefriandi
Resonansi Jiwa " BATU BESAR "

Seorang dosen memberi kuliah tentang manajemen waktu pada mahasiswa MBA.

Dengan penuh semangat ia berdiri di depan class dan berkata.

“Ok Class, sekarang waktunya untuk kuis!”
Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong.

Meletakkannya di meja dan mengisi ember tersebut dengan batu sebesar kepalan tangan.

Ia mengisi terus sehingga tidak lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember.

Dan ia bertanya kepada Class.
“ Menurut kalian apakah ember ini telah penuh? ”

Semua mahasiswa serentak berkata.
“ Ya!!! ”

Sang dosen bertanya kembali.

“ Sungguhkah demikian?
Kemudian dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil.

Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember.

Lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu besar.
Kemudian sekali lagi ia bertanya kepada Class.

“ Nah apakah sekarang ember ini sudah penuh? ”
Kali ini para mahasiswa terdiam. Dan ada seorang mahasiswa yang menjawab.

“ Mungkin tidak Proff, ”
“ Bagus sekali, ” jawab dosen.
Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkan ke dalam ember.

Pasir itu berjatuhan mengisi celah kosong antara batu dan kerikil.

Dan sekali lagi ia bertanya kepada Class.

“ Baiklah, Apakah sekarang menurut kalian ember ini sudah penuh? ”
“ Belum, ” sahut seluruh Class.

Dan dosen itu berkata.

“ Bagus, bagus sekali! ”

Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. Dan ia kembali berkata.

“ Kenyataan dari ilustrasi tadi mengajarkan kepada kita bahwa bila anda tidak memasukkan batu besar terlebih dahulu maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya.

Batu besar dalam hidup anda adalah anak-anak anda, pasangan anda, pendidikan anda. ”

“ Hal-hal yang penting dalam hidup anda mengajarkan sesuatu pada anda. Melakukan pekerjaan yang anda cintai, waktu untuk diri sendiri, kesehatan anda, teman anda atau semua yang berharga. ”

“ Ingatlah untuk selalu memasukkan batu besar pertama kali atau anda kehilangan semuanya.

Bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil semacam kerikil atau pasir maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan.

Dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak pernah memiliki waktu untuk hal-hal besar dan penting. ”