Kamis, 09 Maret 2017

SEBUAH KISAH TENTANG CINTA KASIH SEORANG AYAH.

SEBUAH KISAH TENTANG CINTA KASIH SEORANG AYAH.

Suhefriandi

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim.

Ayah di dalam kamar, beberapa kali batuk².

"Cinta ayahmu kepadamu luar biasa, tetapi lebih banyak disimpan dalam hati karena kau perempuan", kata ibu.
Aku mendengarkan ibu dengan heran.

"Ketika kau melanjutkan kuliah ke Jakarta dan aku bersama ayahmu mengantarmu ke stasiun, kau dan aku saling berpelukan.
Ayahmu hanya memandang. Dia bilang juga ingin memelukmu, tapi sebagai laki² tak lazim memeluk anak perempuan di depan banyak orang, maka dia hanya menjabat tanganmu, lalu berdiri sampai kereta itu menghilang", kata ibu.

"Ibu memang sering menelponmu.
Tahukah kau, itu selalu ayahmu yg menyuruh dan mengingatkan.

Mengapa bukan ayahmu sendiri yg menelpon?
Dia bilang, "Suaraku tak selembut suaramu, anak kita harus menerima yg terbaik".

"Ketika kamu diwisuda, kami duduk di belakang.
Ketika kau ke panggung dan kuncir di togamu dipindahkan rektor, ayahmu mengajak ibu berdiri agar dapat melihatmu lebih jelas.
"Alangkah cantiknya anak kita ya bu," kata ayahmu sambil menyeka air matanya.

Mendengar cerita ibu di ruang tamu, dadaku sesak, mungkin karena haru atau rasa bersalah.

Jujur saja selama ini kepada ibu aku lebih dekat dan perhatianku lebih besar. Sekarang tergambar kembali kasih sayang ayah kepadaku. Aku teringat ketika naik kelas 2 SMP aku minta dibelikan tas. Ibu bilang ayah belum punya uang.

Tetapi sore itu ayah pulang membawa tas yg kuminta.
Ibu heran. "Tidak jadi ke dokter?" tanya ibu. "Kapan² saja.
Nanti minum jahe hangat, batuk akan hilang sendiri"
Kata ayah.

Rupanya biaya ke dokter, uangnya untuk membeli tasku, membeli kegembiraan hatiku, dengan mengorbankan kesehatannya.

"Dulu setelah prosesi akad nikahmu selesai, ayahmu bergegas masuk kamar.
Kau tahu apa yg dilakukan?" tanya ibu.

Aku menggeleng. "Ayahmu sujud syukur sambil berdoa untukmu.
Air matanya membasahi sajadah.

Dia mohon agar Allah melimpahkan kebahagiaan dalam hidupmu.
Sekiranya kau dilimpahi kenikmatan, dia mohon tidak membuatmu lupa zikir kepada-Nya.

Sekiranya diberi cobaan, mohon cobaan itu adalah cara Tuhan meningkatkan kualitas hidupmu.

Lama sekali dia sujud sambil terisak.
Ibu mengingatkan banyak tamu menunggu.
Dia lalu keluar dengan senyuman tanpa ada bekas air di pelupuk matanya".

Mendengar semua itu, air mataku tak tertahan lagi, tumpah membasahi pipi.

Dari kamar terdengar ayah batuk lagi.
Aku bergegas menemui ayah sambil membersihkan air mata.

"Kau habis menangis?"
Ayah menatapku melihat sisa air di mataku.
"Oh, tidak ayah!" aku tertawa renyah.
Ku pijit betisnya lalu pundaknya.
"Pijitanmu enak sekali seperti ibumu", katanya sambil tersenyum.

Aku tahu, meski sakit, ayah tetap ingin menyenangkan hatiku dengan pujian.

Itulah pertama kali aku memijit ayah.
Aku melihat betapa gembira wajah ayah. Aku terharu.

"Besok suamiku menyusulku, ambil cuti seminggu seperti aku.
Nanti sore ayah kuantar ke dokter", kataku. Ayah menolak. "Ini hanya batuk ringan, nanti akan sembuh sendiri".

"Harus ke dokter, aku pulang memang ingin membawa ayah ke dokter, mohon jangan tolak keinginanku", kataku berbohong.

Ayah terdiam. Sebenarnya aku pulang hanya ingin berlibur, bukan ke dokter.

Tapi aku berbohong agar ayah mau kubawa ke dokter.
Aku bawa ayah ke dokter spesialis.

Ayah protes lagi, dia minta dokter umum yg lebih murah. Aku hanya tersenyum.

Hasil pemeriksaan ayah harus masuk rumah sakit hari itu juga.
Aku bawa ke rumah sakit terbaik di kotaku.

Ibu bertanya setengah protes. "Dari mana biayanya?".
Aku tersenyum.
"Aku yg menanggung seluruhnya bu.
Sejak muda ayah sudah bekerja keras mencari uang untukku.

Kini saatnya aku mencari uang untuk ayah.
Aku bisa! Aku bisa bu!".

Kepada dokter aku berbisik; "Tolong lakukan yg terbaik untuk ayahku dok, jangan pertimbangkan biaya", kataku. Dokter tersenyum.

Ketika ayah sudah di rumah dan aku pamit pulang, aku tidak menyalami, tetapi merangkul dengan erat untuk membayar keinginannya di stasiun dulu.
"Seringlah ayah menelponku, jangan hanya ibu", kataku.
Ibu mengedipkan mata sambil tersenyum.

Dalam perjalanan pulang, aku berfikir, berapa banyak anak yg tidak paham dengan ayahnya sendiri seperti aku.

Selama ini aku tidak paham betapa besar cinta ayah kepadaku.

Hari² berikutnya aku selalu berdoa :
"Rabbighfir lii wa li waalidayya warhamhuma kama rabbayaani shagiira".

Namun kini dengan perasaan berbeda.
Terbayang ketika ayah bersujud pada hari pernikahanku sampai sajadahnya basah dengan air matanya.

NB..
Moga menjadi contoh bagi para anak, betapa besar nya cinta kasih seorang bpk..
Tidaklah jauh berbeda dgn cinta kasih seorang ibu..

Wassallam..Luv my father..😭😭😘😘

Rabu, 08 Maret 2017

KISAH NABI MUSA DAN KEADILAN ALLAH SWT

KISAH NABI MUSA DAN KEADILAN ALLAH SWT

   Banyak manusia yang tidak  puas dengan nasib dan kehidupannya, ia merasa bahwa Allah telah berlaku tidak adil pada dirinya.  Bagaimana mungkin ia yang bekerja keras sepanjang hari hidup tetap dalam kemiskinan , sementara ada orang yang kerjanya hanya duduk dan bersantai namun bergelimang harta kekayaan yang berlimpah.

Namun demikian kita sadari bahwa memang  sangat sulit bagi kita  memahami keadilan Allah di muka bumi ini. Manusia adalah mahluk yang kemampuannya serba terbatas . Ia pasti melihat sesuatu dari sebagian sisi saja, mustahil manusia bisa melihat apa yang terjadi dari semua sisinya.

Sementara Allah memiliki ilmu yang tak terbatas. Dia Melihat sesuatu secara utuh dan menjalankan Keadilan-Nya sesuai dengan Ilmu-Nya. Lalu bagaimana manusia akan bisa memahami keadilan Allah?

Kisah Nabi Musa berikut ini akan membantu kita untuk memahami bagaimana sebenarnya keadilan Allah pada hamba-Nya.

Dikisahkan, Nabi Musa  as. Pernah bermunajat kepada tuhannya di atas bukit Thursina. Dalam munajat beliau berkata, “Tuhanku, perlihatkan kepadaku keadilan- MU. “Allah menjawab, “Engkau laki2 yg tangkas, cekatan dan pemberani, tetapi  tidak  akan mampu bersabar untuk memahami keadilanKu .”
“ Insya Allah Saya mampu bersabar dengan  taufik-Mu, ” jawab musa as. Kemudian Allah berfirman  ” pergilah menuju mata air  disuatu tempat , lalu bersembunyilah di baliknya dan perhatikan apa yang akan terjadi,  disitu kamu akan melihat apa yang kau inginkan , ”

Musa as. Berjalan dan mendaki anak bukit di balik mata air itu, lalu duduk bersembunyi. Tidak berapa lama datang  seorang penunggang kuda  di mata air itu , lalu ia turun dari kudanya dan berwudhuk & minum air dari mata air itu. Ia membuka buntalanya yg di dalamnya terdapat kantong yg berisi uang 1000 dinar, lalu meletakannya di sampingnya lalu sholat. Kemudian laki2 itu kembali menaiki kuda dan ia lupa kantongnya.

Tidak lama kemudian  , datang seorang anak kecil ,lalu meminum air dari mata air itu dan pergi sambil mengambil  kantong uang yg ditemukan ditempat itu . Setelah anak kecil itu pergi , datanglah seorang laki2 tua buta. Ia minum dari mata air itu, berwudhuk dan berhenti sejenak untuk sholat,setelah sholat, ia duduk santai melepas lelah. Bersama dengan itu, laki-laki penunggang kuda yang datang pertama tadi teringat dengan  kantong uangnya. Ia kembali dari perjalanannya dan segera menuju sumber mata air itu , namun  ia tidak menemukan kantong uangnya. Ia hanya melihat laki laki buta itu yang sedang duduk beristirahat .

Pikirannya mencurigai laki2 tua tersebut .  : “ Saya kehilangan kantong yg berisi 1000 dinar di tempat ini. Tidak ada orang yg datang ke tempat ini selain kamu.” tuduh penunggang kuda itu . ” kamu tau saya laki2 buta, maka bagaimana mungkin saya bisa melihat dan mengambil  kantongmu?” jawab laki-laki yg buta itu .

Penunggang kuda itu  marah atas ucapan laki-laki tua tersebut   . Ia mencabut pedang dan menghantamkannya pada laki-laki malang itu sampai tewas . Ia memeriksa mayat laki- laki tua itu dan kantong yang di carinya tidak ditemukan ia pun pergi dan meninggalkan mayat pria malang itu dengan wajah kesal. .

Menyaksikan peristiwa tragis tersebut Musa as. merasa jengkel dan hilang kesabarannya  . Ia  berkata, “ Tuhanku dan junjunganku, kesabaranku benar- benar habis dan Engkau benar-brnar Dzat yg Maha Adil, maka berilah saya pengetahuan dan penjelasan bagaimana semua ini bisa terjadi ? ”
Allah memerintahkan malaikat Jibril as untuk memberikan penjelasan   . Malaikat Jibril as. berkata kepada Musa as. ” Hai Musa as. Allah swt. Berfirman: Aku mengetahui semua rahasia dan  lebih mengetahui dari pada yg kamu ketahui. Adapun anak kecil  yg mengambil kantong uang tersebut, sebenarnya ia hanya mengambil hak miliknya sendiri. Karena orang tua anak kecil tersebut adalah orang upahan laki-laki penunggang kuda itu  . Upah yg harus diterimanya terkumpul dalam jumlah uang yg terdapat didalam kantong yg di bawa laki-laki penunggang kuda itu dan upah tersebut  belum terbayar. Anak itu hanya mengambil haknya.

Adapun laki-lski tua yg buta itu , adalah orang yang telah membunuh ayah dari penunggang kuda tersebut ketika ia belum buta . Allah telah mengambil hukum Qishash dan menyampaikan hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya. Keadilan kami (Allah) sangat lembut.” setelah Musa as. Mengetahui hal tersebut, Ia sadar dan mohon ampun kepada- Nya.

Demikianlah hikmah yang tersembunyi dibalik berbagai kejadian yang sering kita lihat sehari hari yang kadang kala  kita rasakan tidak adil . Pandangan dan penglihatan kita amat terbatas  sementara Allah memiliki penglihatan dan pengetahuan yang tidak terbatas

      Hal yang mirip dengan kisah diatas di kisahkan didalam surat Kahfi ayat 60 sd 82 . Pada satu ketika ada orang yang bertanya pada Musa as : “ Adakah orang yang lebih pandai dan hebat dari mu ya Musa ?” . Musa menjawa :” Rasanya untuk masa ini tidak ada “ . Allah mengingatkan pada Musa bahwa ada orang yang lebih pandai dari dirinya. Musa merasa penasaran  dan ingin bertemu dengan orang itu. Allah memerintahkan nya untuk pergi kepertemuan dua laut, disana ia akan dapat menemukan orang tersebut.

Musapun pergi dengan seorang muridnya untuk menemui orang yang alim itu. Hingga ketika sampai disatu tempat mereka merasa lapar dan Musa meminta pada muridnya untuk membuka perbekalan yang mereka bawa. Ketika membuka perbekalannya Musa tidak menemukan ikan yang mereka bawa. Musa bertanya pada muridnya :” Dimana ikan yang tadi kita bawa ?”  Muridnya menjawab :” Tadi ketika kita beristirahat di sebuah batu saya melihat ikan itu melompat keluar dan mencari jalannya kelaut dengan cara yang aneh . Saya lupa menceritakan hal itu padamu” . Mendengar hal itu Musa berkata :” Itulah tempat yang kita cari “ . Selesai makan Musapun mengajak muridnya untuk kembali ketempat ikan itu menghilang.

Disekitar tempat ikan itu menghilang Musa bertemu dengan seorang tua yang berpakaian rapi, Musa mengucapkan salam pada orang itu. Orang tersebut menjawab :” Apakah dinegeri ini ada salam?, siapakah engkau ?” . Musa menjawab :” Aku Musa “ . “Musa dari Bani Israil ? “ tanya orang itu . “ Ya “ jawab Musa. . “ Apa keperluanmu “ Kata orang itu . “ Saya ingin belajar sebagian ilmu yang diberikan Allah padamu “ jawab Musa.  Orang itu berkata :” Apakah tidak cukup bagimu dengan Taurat yang ada ditanganmu dan wahyu yang selalu datang padamu ya Musa? . Sesungguhnya aku mempunyai ilmu yang tidak layak bagi mu untuk mengetahuinya dan engkau pun mempunyai ilmu yang tidak layak  bagiku untuk mengetahuinya”.  Kemudian datang seekor burung yang meminum air laut dengan paruhnya, orang itupun berkata :” Demi Allah tiadalah ilmuku dan ilmumu dibandingkan dengan ilmu Allah seperti apa yang diambil burung itu dari laut dengan paruhnya”.

Selanjutnya orang itu berkata :” Aku kuatir engkau tidak akan sabar jika ikut denganku. Musa menjawab :” Insya Allah aku akan sabar mengikutimu “ Orang itu melanjutkan :” Bagaimana mungkin engkau akan bersabar dengan sesuatu yang tidak engkau pahami, tapi baiklah kalau memang engkau ingin ikut dengan ku ,  namun ada syarat yang harus  engkau patuhi . Engkau tidak boleh menanyakan apa saja yang aku lakukan sampai aku sendiri yang akan menjelaskanya pada mu nanti” . “Baiklah aku akan mematuhi syarat yang engkau berikan “ Jawab Musa.

Dalam sebagai nriwayat disebutkan bahwa orang tua itu adalah nabi Khidir. Musapun ikut bersama dengan nabi Khidir unutk menimba ilmu darinya. Hingga sampai disebuah sungai mereka menyeberang dengan perahu yang disediakan penduduk yang kebanyakan sudah mengenal Khidir dengan tidak dipungut bayaran.  Diperjalan Khidir merusak bagian tepi perahu itu dengan kapak, Musa terkejut dan bertanya :” Mengapa engkau merusakkan perahu orang yang sudah memberikan tumpangan pada kita dengan  gratis ?”. Khidirpun berkata :” Bukankah sudah ku katakan bahwa engkau tidak akan sabar ikut denganku “ . Musapun terdiam, selanjutnya berkata:” baiklah kalau begitu aku akan berusaha untuk bersabar” .

Sampai ditepi pantai mereka berjumpa dengan serombongan anak anak yang sedang bermain, Khidir menangkap salah seorang anak itu dan membunuhnya. Musa terkejut dan protes :” Mengapa engkau bunuh anak kecil yang tidak bersalah “ . Khidirpun berkata :” Bukankah sudah ku katakan bahwa engkau tidak akan sabar ikut denganku “ . Musapun berkata :” Baiklah aku akan berusaha bersabar, jika nanti aku masih bertanya juga itulah saatnya perpisahan diantara kita” .

Akhirnya mereka sampai di sebuah perkampungan , mereka mendatangi rumah penduduk disitu minta untuk dijamu, namun tidak satu orangpun yang mau menerima mereka. Diujung kampung mereka melihat sebuah rumah yang sudah hampir runtuh temboknya, Khidir mengajak Musa untuk memperbaiki rumah itu. Selesai memperbaiki rumah itu Musa berkata :” Bukankah kita bisa minta upah pada pemilik rumah ini karena kita sudah memperbaiki rumahnya”. Khidirpun berkata : Inilah saatnya perpisahan diantara kita, namun sebelumnya aku akan menjelaskan semua kejadian yang engkau tidak sanggup bersabar melihatnya itu”.

“ Adapun perahu yang aku rusak itu, diujung kota ada seorang raja yang bengis  yang merampas setiap perahu yang masih baik. Aku berharap raja itu tidak akan mengambil perahu yg sudah rusak ini, dan nanti setelah raja itu pergi pemiliknya  bisa memperbaiki bagian yang rusak itu “

“ Adapun anak yang aku bunuh itu, ibu bapaknya adalah seorang yang saleh dan taat beribadah. Anak ini kelakukannya tidak baik dan aku kuatir ia akan mendorong ibu bapaknya menjadi kafir karena sayang pada anaknya itu. Aku berharap Allah akan mengganti anak itu dengan anak yang soleh yang mendorong kedua ibu bapaknya untuk lebih taat beribadah. “

“ Rumah yang kita perbaiki itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim, ibu bapaknya adamenyimpan sebagian harta untuk anak mereka dibawah pondasi rumah itu. Aku kuatir jika tidak diperbaiki rumah itu akan roboh dan harta itu diambil oleh orang yang tidak berhak”

“ Demikianlah aku telah menjelaskan semua apa yang telah aku lakukan dan membuat engkau tidak sabar menyaksikannya, Allah telah memberikan ilmu kepada kita masing masing secara khusus. Aku tidak menguasai ilmu yang diberikan Allah padamu , dan engkaupun tidak menguasai ilmu yang diberikan Allah padaku. Kita masing masing bekerja menurut apa yang diajarkan Allah pada kita. “

Demikianlah ilmu hikmah yang diajarkan Allah pada Musa. Musa hanya melihat sesuatu dari dhohirnya sedang Khidir mengetahui yang lebih jauh dari itu.

Perbedaan pandangan dan pengetahuan pada manusia ini lah yang sering menyebabkan perselisihan dan keributan diantara manusia. Marilah kita lebih arif dalam mensikapi  perbedaan pandangan  dan pemahaman didunia ini baik dalam ilmu umum maupun ilmu agama.

Kebanyakan kita hanya mengetahui perkara yang dhohir dan sedikit sekali yang paham dengan perkara yang bathin dari berbagai hal didunia ini.