Kamis, 25 Februari 2016

RESONANSI JIWA "PENCURI IMPIAN"

Suhefriandi

      Ada seorang gadis muda yang sangat suka menari,, Kepandaiannya menari membuatnya sering menjadi juara di berbagai perlombaan yang diadakan,, Karena itu , dia ingin sekali menjadi penari kelas dunia, dan membayangkan dirinya menari di Rusia, Cina, Amerika, Jepang, serta ditonton oleh ribuan orang yang memberi tepuk tangan kepadanya,,

      Suatu hari, dikotanya dikunjungi oleh seorang pakar tari yang berasal dari luar negeri, Pakar ini sangatlah hebat dan sangat ahli, serta dari tangan dinginnya lah telah banyak dilahirkan penari-penari kelas dunia,  Gadis muda ini ingin sekali menari dan menunjukkan kebolehannya di depan sang pakar tersebut, bahkan jika mungkin memperoleh kesempatan menjadi muridnya,

      Pada akhirnya kesempatan itu datang juga, si gadis muda berhasil menjumpai sang pakar di belakang panggung, seusai sebuah pagelaran tari,,

"Pak, saya ingin sekali menjadi penari kelas dunia,, Apakah anda punya waktu sejenak, untuk menilai saya menari ? Saya ingin tahu pendapat anda tentang tarian saya",, Tanya si gadis kepada sang pakar
"Oke, menarilah di depan saya selama 10 menit", jawab sang pakar,,
Belum lagi 10 menit berlalu, sang pakar berdiri dari kursinya, lalu berlalu meninggalkan si gadis muda begitu saja, tanpa mengucapkan sepatah kata pun,, melihat sikap sang pakar, betapa hancur si gadis muda melihat, si gadis langsung berlari pulang kerumah sambil menangis tersedu-sedu, kemudian melempar sepatu tarinya ke gudang, sejak saat itu, dia bersumpah tidak pernah akan lagi menari.

      Puluhan tahun berlalu, Sang gadis muda kini telah menjadi seorang ibu dengan tiga orang anak, Suaminya telah meninggal, Dan ia harus bekerja sebagai pelayan toko untuk menghidupi keluarganya, suatu hari... Ada sebuah pagelaran tari yang diadakan di kota itu, terlihat sang pakar berada di antara para penari muda di belakang panggung pertunjukan tersebut,  sang pakar kelihatan sudah mulai tua, dengan rambutnya yang sudah putih, si ibu muda juga datang ke pagelaran tari tersebut. Seusai acara pertunjukan tersebut sang ibu muda pergi mencari sang pakar yang ternyata masih mengenalinya, kemudian mereka bercerita begitu akrab,

Si ibu bertanya, "Pak, ada satu pertanyaan yang mengganjal di hati saya selama ini,, Ini tentang penampilan saya sewaktu menari di hadapan anda bertahun-tahun yang silam, Sebegitu jelekkah penampilan saya saat itu, sehingga anda langsung pergi meninggalkan saya begitu saja, tanpa mengatakan sepatah katapun?"
"Oh ya, saya ingat peristiwanya, Terus terang, saya belum pernah melihat tarian seindah yang kamu lakukan waktu itu,, Saya rasa kamu akan menjadi seorang penari kelas dunia, Karena itu Saya tidak mengerti mengapa kamu tiba-tiba berhenti dari dunia tari, jawab sang pakar,
si ibu muda sangat terkejut mendengar jawaban sang pakar,

"apa… sungguh Ini tidak adil, sikap anda telah mencuri semua impian saya, Kalau memang tarian saya bagus, mengapa anda meninggalkan saya begitu saja ketika saya baru menari beberapa menit,, Anda seharusnya memuji saya, dan bukan mengacuhkan saya begitu saja, seharusnya saya sudah menjadi penari kelas dunia, Bukan hanya menjadi pelayan toko !",, seru si ibu muda,, "

Sang pakar menjawab lagi dengan tenang "Tidak ....., Tidak, saya rasa saya telah berbuat dengan benar,, ANDA TIDAK HARUS MINUM JUS SATU DRUM UNTUK MEMBUKTIKAN JUS ITU ENAK,, Demikian juga saya,, Saya tidak harus nonton anda 10 menit untuk membuktikan tarian anda bagus, malam itu saya juga sangat lelah setelah pertunjukkan, Maka sejenak saya tinggalkan anda, untuk mengambil kartu nama saya, dan berharap anda mau menghubungi saya lagi keesokan hari, Tapi anda sudah pergi ketika saya keluar,
Pendengar dan pembaca yang budiman..

jangan biarkan si pencuri impian... mencuri impian anda, selalu selesaikan dengan baik apa apa yang sudah lama kita lakukan, bahkan ketika suatu saat situasi yang kita tidak mengerti memudarkan setiap impian kita.. jangan berhenti.. Teruslah berjuang.. kejarlah setiap impian anda dengan bijak...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar