Senin, 11 Mei 2015

ISRA' DAN MI'RAJ HARUS DILIHAT DENGAN KEIMANAN SEBAGAI MUKJIZAT

Suhefriandi

       Sehubungan dengan peristiwa Isra' dan Mi'raj Rasulullah SAW yang sepenuhnya bersifat ghaib, mukjizat, dan jangkauan akal itu, perlu kita ketahui bahwa pada zaman sekarang ini, ada sebahagian penulis sejarah kehidupan Rasulullah SAW yang mengambarkan kehidupan beliau sebagai manusia biasa yang serba rasional. Banyak diantara mereka yang menonjolkan kehidupan beliau sebagai seorang jenius, panglima perang, pahlawan dan sebagainya. Mereka tidak menekankan gembaran beliau sebagai seorang nabi dan Rasul Allah ' Azza wa jalla, yang kehidupan beliau penuh dengan unsur ghaib dan Mukjizat. Mereka seolah-olah hendak mengingkari unsur rahasia ghaib dan mukjizat yang ada pada kehidupan Rasulullah SAW. Dengan menonjol-nonjolkan gambaran yang penulis sebutkan diatas, mereka hendak memberikan pengertian bahwa mukjizat atau hal-hal lain yang tidak rasional hanya mitologi dan dongeng semata. Sungguh penggambaran seperti demikian itu  berpangkal pada pemikiran orientalis Barat yang Materialistis. Mereka lupa bahkan sengaja untuk melupakan bahwa wahyu dan kenabian merupakan masaalah-masaalah ghaib yang tidak akan pernah tunduk terhadap ukuran panca indra dan keterbatasan akal pikiran. Dengan demikian, mengingkari mukjizat kenabian sama artinya dengan mengingkari kebenaran wahyu dan kenabian, yang juga berarti mengingkari agama yang di wahyukan Allah SWT kepada nabi dan Rasul-NYA. Bagaimana mungkin orang yang mengingkari mukjizat kenabian dapat meyakini kebenaran adanya wahyu dan kenabian ? Mereka berfikir bahwa sebuah Mukjizat adalah sesuatu yang tidak rasional dan tidak masuk akal, tetapi mengapa mereka tidak mengatakan wahyu dan kenabian pun tidak rasional dan tidak masuk akal ?

     Berangkat dari pemikiran yang materialistis itu, orang- orang mempermasaalahkan : apakah Isra' dan Mi'raj yang dilaksanakan Rasulullah SAW itu dengan roh beliau saja atau kah sekaligus dengan jasad beliau ? Mereka mempermasaalahkan peristiwa gaib dan mukjizat tersebut, namun pada akhirnya mereka tetap berbeda pendapat. Sebahagian berpendapat bahwa Isra' dan Mi'raj itu dilakukan Rasulullah SAW dengan roh beliau saja, dan sebahagian yang lain berpendapat bahwa Isra' dan Mi'raj beliau lakukan dengan roh dan jasad beliau.

     Peristiwa gaib dan mukjizat itu memang tidak mungkin terjangkau oleh akal pikiran. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau banyak riwayat yang memberitakan terjadinya kemurtadan di kalangan sebahagian muslimin ketika mereka diberi tahu bahwa Rasulullah SAW mengenai peristiwa Isra' dan Mi'raj, yang pada giliran nya tidak mungkin pula dapat mempercayai kebenaran adanya wahyu dan kenabian.

     Tidak demikian halnya bagi orang orang yang benar - benar beriman akan kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Mereka tidak mempermasaalahkan peristiwa Isra' dan Mi'raj. Karena mereka yakin sepenuhnya bahwa Allah SWT Maha kuasa, dapat berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Mereka mempercayai dan meyakini sepenuhnya terjadinya Isra' dan Mi'raj sebagaimana yang telah di firman kan Allah Azza wa jalla dan dituturkan kepada Rasul-Nya. Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW. Mereka tidak mempermasaalahkan apakah Isra' dan Mi'raj yang dilakukan Nabi Muhammad SAW hanya dengan roh beliau saja atau kah dengan roh dan jasad beliau sekaligus. Mereka sungguh sadar bahwa peristiwa gaib itu adalah semata-mata urusan Allah SWT dan hanya Allah saja yang mengetahui urusan -Nya. Allah SWT telah menegaskan dengan firman-Nya :

بْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (1)

Artinya:
       " Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
( Q.S. Al- Isra (17) : 1)

Yang di maksud dengan Abdihi ( hamban-Nya ) adalah jelas dan gamblang, yaitu Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW, sebagaimana yang beliau tuturkan sendiri pada sahabat belaiu..

Sumber :

Menyingkap Rahasia Isra'- Mi'raj Rasulullah SAW, SYEIKH Najmuddin Al-Ghaithiy


Tidak ada komentar:

Posting Komentar