Senin, 30 Maret 2015

" MAHAL NYA SECERCAH BENING "

Oleh : Yupi Oktaviarni
( santriwati MA Serambi Mekkah Pesantren Terpadu Serambi mekkah )

Mahalnya Secercah Bening

       Bening dan bersih adalah impian semua orang. Begitu juga dengan diriku. Aku sangat mencintai kebeningan, kesucian, dan keadilan, akan tetapi harga secercah bening,kesucian dan keadilan itu amat mahal dinegriku. Aku berjalan seorang diri disebuah jalan besar di tengah-tengah kota, aku melihat banyak kendaraan yang berlalu lalang, tampak olehku seorang wanita dari dalam mobil membuang sebuah kertas dari jendela mobilnya ke jalan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Disudut jalan yang lain kulihat seorang pengemis yang meminta-minta pada orang yang sedang berlalu lalang, tapi setengah memaksa dan membuat orang agak sedkit kesal. Akupun tersenyum kecil melihat kejadian-kejadian yang kualami hari ini.

       Pagi ini seperti biasa aku menyusuri jalan menggunakan sepeda menuju ke kantor tempat ku bekerja, jarak kantor dengan rumahku tidak begitu jauh jadi aku memutuskan berangkat ke kantor hanya menggunakan sepeda saja, sekalian olahraga, dan juga agar aku terhindar melewati jalan besar yang penuh dengan asap knalpot, dan juga limbah
dari pabrik .

        Batam, inilah kotaku, sebuah kota industri yang mempunyai banyak pulau,dan juga ramai penduduknya. Aku tinggal disini sedari kecil dengan ibuku , dikota ini jugalah aku dilahirkan, kota ini memang cepat sekali perubahanya.

        Sepanjang jalan penuh dengan baliho-baliho partai yang mengumbar-umbarkan janji manis mareka pada masyarakat , tapi sebagian besar hanyalah omong kosong belaka. Huh,desahku pemeritah sibuk memperkaya dirinya sendiri,banyak pejabat yang korupsi,tanpa memikirkan nasip rakyat kecil di sekelilingnya. Masih banyak anak-anak yang putus sekolah akibat kekurangan biaya, masih banyak penduduk yang tidak memiliki rumah yang layak, dan masih banyak derita rakyat miskin lainnya.

       Tak terasa aku telah tiba di depan kantorku seorang pengantar koran melemparkan senyum kepadaku,akupun membalas senyum pengantar koran itu, aku melangkahkan kakiku menuju keruanganku, seperti biasa ruanganku selalu tertata rapi dirapikan oleh office boy di kantorku, aku senang melihat pekerjaanya, kerjanya selalu rapi, makanya ia sudah lama dipakai di kantor tempatku bekerja. Orang-orang seperti inilah yang seharusnya dibutuhkan.

        Sore ini sepulangnya dari kantor aku kembali menyusuri jalan-jalan ditengah kota, aku berhenti sejenak di taman makam pahlawan, sudah lama aku tidak mengunjungi taman ini, aku terkejut melihat pemandangan yang kusaksikan, dedaunan kering dan puntung rokok berserakan dimana-mana, bunga-bunganyapun tak terurus lagi, bangunan yang dulunya kokoh kini tak terurus dimakan waktu.

       Dulu sewaktu aku kecil taman ini ,menjadi salah satu tempat favoritku untuk bermain, dulu taman ini tertata rapi dan bersih,tapi kini semuanya telah berubah drastis membuatku menjadi bertanya-tanya kemana saja anggaran dari pemerintah untuk taman makam pahlawan ini. Karna setahuku taman kota setiap tahunya diberikan anggaran oleh pemerintah untuk biaya perawatan taman. Semakin lama kulihat kesadaran pemerintah kepada negri ini sudah tidak terlihat lagi.

       Mareka hanya memikirkan perut mareka sendiri, tidak adakah lagi orang yang benar-benar peduli kepada negri ini ???... Teringat lagi aku kisah seorang nenek yang mencuri buah coklat untuk diberikan pada cucunya, dia dipenjara selama empat tahun, sedangkan seorang koruptor di penjara hanya selama enam bulan, bukankah ini tidak adil?? . Apa karna koruptor mempunyai banyak uang, sehingga dia dapat membeli hukum dengan uangnya. Itu sangat tidak adil menurutku. Dimana letak keadilan dinegri ini, apakah tidak ada sisa kebaikan lagi di hati mareka?? Aku tidak jadi duduk di taman itu, kunaiki sepedaku,dan aku pun mulai mempercepat kayuhan sepedaku agar sgera tiba dirumah, karna hari sudai mulai mendung dan perutkupun terasa lapar. Setibanya dirumah aku langsung meletakkan sepedaku kebagasi, dan aku langsung menuju ke dapur untuk membuat teh, dan sekalian membawa cemilan kecil.

      Aku duduk di serambi depan sambil menikmati teh dan juga kue.
Tiba-tiba kulihat pak Amar seorang pengantar majalah langgananku, memberhentikan motornya di depan halamanku, dan mengantarkan majalah terbaru . Ku buka halaman pertama majalahya kulihat ada sebuah berita yang membuatku terhenyak. Terjadi peperangan antara suku Batak dan juga Flores di karnakan sepasang kekasih yang masing-masing berasal dari suku tersebut. Perang suku?? Bukankah kita semua ini saudara, dan juga berasal dari negri yang sama, mengapa harus terjadi hal seperti ini, seharusnya jika ada permasalahan begini lebih baik dibicarakan secara baik-baik. Bukankah hal seperti ini malahan membuat antara kedua suku tersebut bermusuhan, gumamku dalam hati, teringat lagi aku kata-kata “BHINEKA TUNGGAL IKA” yang berarti beerbeda-beda tetapi tetap satu, tapi kata-kata itu kini tinggal angin lalu saja, rakyat idonesia tidak lagi memperdulikanya. Mungkin sekarang ibu pertiwi sedang menanggis menyaksikan anak-anaknya yang kini tak lagi rukun, kemiskinan dimana-mana, koruptor yang semakin meraja lela, tindakan kriminal yang terjadi dimana-mana, itu semua karna apa?? Karna mareka miskin, mareka juga perlu hidup, mareka perlu makan, mareka perlu mnghidupi keluarganya, tapi apa lapangan pekerjaan untuk mareka tidak ada, dana bantuan yang seharusnya untuk mareka, sudah habis dimakan oleh tikus-tikus yang haus akan jabatan,dan juga uang, mareka sibuk memperkaya diri mareka sendiri, dengan mobil-mobil mewahnya,dengan rumah-rumah mareka yang berserak dimana-mana,tidur dengan kasur yang empuk, makan mewah setiap hari. Sedangkan rakyat miskin makan apa? Mareka hanya tinggal dipinggiran jalan, ditepi-tepi kali, tidur hanyalah beralaskan tikar kecil yang sudah lusuh pula .
Memang susah mencari seorang pemimpin yang tulus dan peduli kepada rakyat nya. Aku berharap semoga suatu saat negri ini akan tenang, tidak adalagi pertengkaran, keadilan ditegakkan, para koruptor enyah dari negri ini, kemiskinan bisa teratasi, yang terpenting kesadaran dari dalam diri manusia itu sendiri, aku ingin melihat nanti ibu pertiwi akan tersenyum bahagia melihat anak-anaknya sudah rukun dan juga damai, aku tidak ingin lagi melihat ibu pertiwi menanggis. Semoga nanti akan tumbuh pemimpin-pemimpin besar yang benar-benar peduli pada negri ini, seorang pemimpin yang dapat meneggakkan keadilan , seorang pemimpin yang memikirkan perut orang banyak, bukan perut mareka sendiri, seorang pemimpin yang dapat membuat negri ini melebihi negara-negara lain. 
Agar tidak lagi aku bertanya, masih adakah keadilan di negri ini??

Biodata Diri
1. Nama                   : Yuphi oktaviarni
2. Tempat/tanggal lahir  :Batam,14 oktober 1998
3. Jenis kelamin  : Perempuan
4. Agama           : Islam
5. Alamat           : kav.lama dapur12 blok ff 90
8.  No. Telepon  : 085356993236
9.  E-mail                     :   viarni.yuvi@yahoo.com
10. Nama orang tua   : pepianto,dan yusmarni.S,Pd
11.  Anak ke/dari  : only one :D
12.  Hobi                          :nulis,baca cerpen\novel,main  games,makan,nonton dll..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar