Rabu, 25 Maret 2015

" DENGAN IZIN ALLAH, TAHAJJUD MENYEMBUHKAN PENYAKIT MU "

Assallamualaikumnwarahatullahi wabarakatuh

Kisah Pengalaman nyata.. bu hj. Ermayati
( badan pendiri dan pimpinan Pesantren Terpadu Serambi Mekkah )

         Pada saat itu, suami  melaksanakan umroh ke Tanah Suci bersama seluruh anak anak dan menanatu, beberapa hari  setelah kembali, saya di prediksi oleh dokter terkena stroke Ringan, dan tentunya anak anak dan suami khawatir, mereka membawa ku berobat ke sebuah Rumah Sakit ternama di Jakarta,  dan di bawa untuk ceck kepala secara keseluruhan, disana lah saya di vonis akan kena strooke dan pernah kena stroke ringan.. harus butuh perawatan lebih lanjut.. tapi.. Setiap malam saya selalu kuat kuatkan diri untuk sholat Tahajjud.. berdo'a pada Allah SWT untuk kesembuhan.. Alhamdulillah sampai saat ini Allah Ta'alla tidak jadi memperpanjang penjakit itu di tubuh saya.. ( Hj. Ermayati )
Simaklah Artikel di bawah ini...

      MENGGALI MISTERI DI BALIK DAHSYATNYA SHALAT TAHAJJUD
LOGIKA NORMATIF SHALAT TAHAJJUD

         Hakikat Shalat Tahajjud

          Shalat tahajjud disyari’atkan kepada Nabi Muhammad setelah turun surat al-Muzammil. Menurut Sayyid Quthub dalam kitabnya Fi Dzilalil Qur’an, bahwa ketika Rasulullah saw menerima informasi bahwa para pembesar Quraisy telah berkumpul di Balai Pertemuan Darun Nadwah, di mana mereka mengatur rencana untuk menentang beliau dan mematahkan dakwah yang dibawanya. Maka beliau berdiam diri, lalu menarik baju luarnya rapat ke badannya sambil merebahkan dirinya. Ketika itu datanglah Jibril menyampaikan surat al-Muzzammil ayat 1-9.

       Menurut al-Bazzar dan ath-Thabrani (ulama’ hadits) meriwayatkan dari Jabir, bahwa ketika Rasulullah saw menghadapi Pembesar Quraisy yang sangat leluasa mengolok-olok Rasulullah sebagai dukun, orang gila, tukang sihir, bahkan mengancam beliau dengan pembunuhan, maka Rasulullah saw merasa sangat sedih, termenung sambil berselimut, sehingga datanglah Jibril menyampaikan surat al-Muzzammil ayat 1-9 yang berisi perintah menjalankan shalat tahajjud.

        “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperdua nya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan  yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.”

       Dalam surat al-Muzzammil di atas terdapat 6 pokok perintah yang harus dijalankan oleh Rasulullah saw, kaum muslimin dalam menghadapi segala persoalan dan berbagai macam kemungkinan. Keenam hal tersebut adalah sebagai berikut:

       Shalat tahajjud Membaca al-Qur’an dengan tartil Zikir Tawakkal Sabar Hijrah, berubah menjadi lebih baik.

      Kata Shalat tahajud bersumber dari al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 79:

      “Dan pada sebagian malam hari bersembahyanglah tahajud kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat terpuji. Dan katakanlah: ‘Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong.”

      Kata tahajjud dalam ayat ini merupakan bentuk perintah(amr) dari تَهَجَّدَ – يَتَهَجَّدُ – تَهَجُّدًا , berasal dari akar kata هَجَدَ yang berarti tidur. Konsekuensi perubahan formulasi dari kata هَجَدَ menjadi تَهَجَّدَ dengan penambahan huruf “ت” sebelum huruf “هـ” dan “syiddah“ pada huruf “ ج ” , maka berubah pula artinya menjadi “ tidak tidur atau bangun tidur ”. Arti ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa shalat tahajjud adalah ibadah sunnah yang dilakukan malam hari sesudah tidur, meskipun hanya sebentar.

       Lalu apa bedanya dengan qiyamul lail? Makna qiyamul lail itu lebih umum dari pada tahajjud. Tiap shalat atau ibadah apa saja, entah wajib atau sunnah, yang dilakukan pada malam hari, sejak terbenam matahari sampai terbit fajar dinamakan qiyamul lail. Jadi, qiyamul lail belum tentu tahajjud, tetapi shalat tahajjud pasti qiyamul lail.

Waktu Shalat Tahajjud

       Bangun Malam setelah tidur, kemudian shalat tahajjud lebih baik daripada shalat tahajjud pada awal malam. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Aisyah r.a. ketika menafsirkan ayat,“Sungguh, bangun pada waktu malam lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan pada waktu itu lebih berkesan,” (QS. Al-Muzzammil: 6). Kata “nasyi’ah” dalam ayat tersebut mempunyai arti “bangun pada akhir malam”. Siapa yang bangun tidur untuk beribadah, berarti dia telah menanggung kesulitan dalam meraih keridhaan Allah SWT.

       Dalam surat al-Muzzammil ayat 3-4, Allah SWT hanya berfirman, “yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu”. Apabila ditafsirkan menurut waktu Indonesia sepertiga awal malam itu kira-kira jam 10 malam sampai jam 11 malam, seperdua malam diperkirakan antara jam 12 sampai jam 1 malam, dan dua pertiga malam antara jam 2 dan jam 3 sampai sebelum fajar atau sebelum masuk shalat shubuh.

      Apabila kita menyelami hadits Rasulullah saw, maka yang paling utama kira-kira jam 2 atau jam 3 sampai sebelum shubuh, hal ini bertepatan dengan turunnnya rahmat, rahmat dan ampunan Alloh SWT, sebagaimana sabda Nabi saw:

عن أبى هريرة رضى الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يَنْزِلُ رَبُّنَا إِلىَ سَمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ الَّيْلِ اْلأَخِيْرِ فَيَقُوْلُ: هَلْ مِنْ دَاعٍ فَأَسْتَجِيْبُ لَهُ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيْهِ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأُغْفِرُ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ اْلفَجْرُ. رواه مسلم

      Rasulullah SAW  bersabda: “Tuhan kita pada sisa sepertiga malam yang terakhir  turun ke langit dunia, kemudian berkata: Siapapun yang berdo’a pasti Aku kabulkan, siapapun yang meminta pasti Aku beri, siapapun yang minta ampun pasti aku ampuni, sampai terbit fajar.” (HR. Muslim).

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَقُرْبَةٌ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيْرٌ للِّسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ (رواه سلمان الفارسى/الترمذى/الطبرنى/إبن حزيمة/الباغوى)

       ” Lakukanlah salat tahajjud, karena itu adalah tradisi kaum shaleh sebelum kalian, untuk sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. pencegah dari perbuatan dosa, penghapus kesalahan dan penyembuh segala penyakit dari tubuh.” (HR. Salman al-Farisi, Tirmidzi, Thabrani, Ibn Khuzaimah, al-Baghawi).

Berlama-lama dalam shalat Tahajjud

      Dalam berbagai kesempatan seringkali muncul pertanyaan mengenai shalat tahajjud yang berlama-lama. Berikut saya kutipkan hadits mengenai berlama-lama shalat tahajjud:

عن عبد الله رضي الله عنه قال: صَلَّيتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَلَمْ يَزَلْ قَائِمًا حَتَّى هَمَمْتُ بِأَمْرِ سُوْءٍ قُلْنَا وَمَا هَمَمْتَ قَالَ هَمَمْتُ أَنْ أَقْعُدَ وَأَذَرَ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  (متفق عليه)

Dari ‘Abdullah ibn Mas‘ud ra. berkata: (Pada suatau malam) Aku pernah salat bersama Nabi saw., maka beliau berdiri lama sekali, sehingga aku berniat buruk. Kami berkata, “Apa yang engkau inginkan?” Dia berkata,  “Aku mau duduk saja dan membiarkan Nabi saw. salat sendirian.” (HR. Bukhari dan Muslim).

      Hadits ini menunjukkan betapa lamanya shalat tahajjud yang dilakukan Rasulullah saw, sehingga ‘Abdullah ibn Mas’ud; ahli al-Qur’an yang dikenal shaleh pun hampir tidak sanggup mengikuti shalat tahajjud dengan cara berlama-lama bersama Rasulullah. Meskipun shalat tahajjud berjama’ah boleh dilakukan sambil duduk, Abdullah ibn Mas’ud tidak melakukannya karena pertimbangan ketidakpatutan. Bagaimana dia akan berbuat begitu, sementara Rasulullah saw saja sanggup shalat tahajjud berlama-lama.

Dalam hadits lain dikisahkan:

عَنْ حُذَيْفَةَ  قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ اْلبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ اْلمِائَةِ ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّى بِهَافِى رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسآءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرآنَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلاً اِذَا مَرَّ بِآيَةٍ ِفيْهَا تَسْبِيْحٌ سَبَّحَ وَاِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَاِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُوْلُ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ فَكانَ رُكُوْعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ثُمَّ قَامَ طَوِيْلاً قَرِيْباً مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلىَ فَكاَنَ سُجُوْدُهُ قَرِيْبًا مِنْ قِيَامِهِ قَالَ وَفِى حَدِيْثِ جَرِيْرٍ مِنَ الزِّيَادَةِ فَقَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ . رواه مسلم

      Dari Khudzaifah ra. berkata, “Pada suatu malam aku melakukan salat bersama Nabi saw., beliau membuka salatnya (setelah baca al-Fatihah) dengan membaca surat al-Baqarah. Maka aku kira beliau akan ruku‘ ketika sampai pada ayat keseratus (ternyata tidak). Setelah seluruh ayat dalam surat al-Baqarah terbaca dalam satu rakaat, saya kira disudahi, eh ternyata tidak. Beliau melanjutkan membaca surat al-Nisa’ sampai selesai, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat Ali Imran hingga selesai.

       Beliau membaca dengan perlahan-lahan. Apabila bacaannya sampai pada ayat yang mengandung tasbih, maka beliau bertasbih. Jika beliau melewati ayat yang berisi permohonan, maka beliau memohon, dan jika beliau membaca ayat perlindungan, maka beliau mohon perlindungan. Lalu beliau ruku’ sambil membaca, ” Subhanarabbiyal ‘azhim.” dan ruku’nya hampir sama lamanya dengan berdirinya, kemudian beliau membaca, ” Sami‘allahu li man hamidah. ” Lalu berdiri i’tidal lama hampir sama dengan ruku’nya. Kemudian sujud sambil membaca, ” Subhana rabbiyal a‘la, ” dan sujudnya hampir sama dengan berdirinya. Dalam hadits riwayat Jarir beliau bersabda, ”Sami’allahu li man hamidah, Rabbana wa lakal hamd.”.(HR. Muslim).

      Ketika Rasulullah saw bertahajjud, rukuk, I’tidal, dan sujudnya sangat lama, hampir sama lamanya dengan ketika berdiri membaca surat al-Baqarah, an-Nisa’, dan Ali Imran. Ketika rukuk, I’tidal, dan sujud yang begitu lama itu, tidak didapati satupun hadits yang menjelaskan bacaan yang dibaca. Tetapi mustahil juga apabila dikatakan Rasulullah saw melamun.

       Menurut saya, Rasulullah saw memanfaatkan kesempatan itu untuk dalam hati berdialog, berdo’a, atau mengadukan seluruh masalahnya kepada Allah SWT, atau untuk mengenang, bernostalgia dengan pengalaman mikraj ketika berjumpa dengan Alloh SWT. Rasulullah pernah bersabda dalam sebuah haditsnya, bahwa shalat itu adalah mi’raj-nya orang-orang mukmin, yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah Yang Tinggi.

LOGIKA ILMIAH SALAT TAHAJJUD

      Dalam Islam, shalat atau ibadah yang utama. Shalat sunnah yang paling utama setelah shalat fardlu adalah shalat tahajjud, Nabi saw bersabda:

عن أبى هريرة لما سئل النبى صلى الله عليه وسلم أَيُّ الصَّلاَةِ أَفْضَلُ بَعْدَ الْمَكْتُوْبَةِ قَالَ: الصَّلاَةُ فِى جَوْفِ الَّيْلِ. رواه مسلم وغيره

Dari Abu Hurairah ra. ketika bertanya kepada Nabi SAW tentang salat apa yang paling utama setelah salat maktubah (Salat Lima Waktu)?  Nabi menjawab: “ SALAT DI TENGAH MALAM (TAHAJUD).”  (HR. Muslim Dll)

     Shalat tahajjud (juga shalat-shalat yang lain) mengandung beberapa aspek. Aspek hydrotherapy saat berwudlu sebelum bertahajjud, aspek gerakan dan relaksasi, aspek do’a dan meditasi, aspek sugesti atauheterosugesti, dan aspek kebersamaan atau semacamgroup therapy, jika shalat tahajjud dilakukan dengan berjama’ah.

Pengaruh Air Wudlu terhadap Kesehatan

      Masaru Emoto, seorang ilmuan Jepang, melaporkan hasil penelitiannya mengenai air, bahwa molekul dalam air akan berubah-ubah sesuai dengan apa yang kita bacakan ke air. Dengan demikian, air yang kita niati untuk wudlu akan dapat berubah menjadi obat yang menyembuhkan penyakit.

      Banyak manfaat yang didapat dari air dingin yang kita gunakan untuk mandi atau wudlu sebelum bertahajjud. Penggunaan air dingin untuk menyiram sekujur tubuh atau anggota wudlu akan merangsang dan menguatkan kulit, mengencerkan darah sehingga diperoleh kekentalan yang tepat, mengeluarkan racun, menormalkan fungsi ginjal, dan meningkatkan kerja usus besar. Efek lain penggunaan air dingin untuk mandi atau wudlu sebelum bertahajjud adalah melebarkan pembuluh darah di kulit; memerahkan kulit, menurunkan tingkat metabolism, menormalkan pernafasan, dan menurunkan tekanan darah.

Shalat Tahajjud Menyembuhkan Berbagai Penyakit

      Banyak terjadi penyakit menyerang malam hari, khususnya penyakit jantung, reumatik, asma, dan stroke (CVA). Penyakit tersebut umumnya berhubungan dengan pola sirkadian ritem pada tubuh. Penyakit ini berhubungan erat dengan hormone kortisol. Pada malam hari, antara jam 01.00-03.00, kadar hormone kortisol mencapai titik terendah sehingga memungkinkan terjadinya gangguan homeostasis.

       Hormone kortisol pada kadar yang paling rendah mengakibatkan aktivitas hormone platelet activating factor pun rendah sehingga mengakibatkan sekresi trombosit meningkat. Tingginya trombosit memudahkan penggumpalan sel darah merah. Bila penggumpalan ini terjadi pada pembuluh darah koroner, terjadilah penyakit jantung koroner dengan akibat terjadinya biji mati jantung (infrak jantung) yang bersifat fatal. Apabila terjadinya gumpalan pada pembuluh darah otak, yang timbul adalah stroke yang dapat mengakibatkan kematian atau kelumpuhan yang sukar disembuhkan.

       Di samping itu, jika kortisol hiposekresinya dalam tubuh, maka proses reaksi kekebalan kompleks tidak dapat dicegah. Reaksi ini dapat terjadi pada organ tertentu, misalnya saluran pernapasan timbul serangan asma, pada persendian timbul serangan reumatik, pembengkakan persendian lutut, tandanya nyeri lutut; pembengkakan persendian pinggul, tandanya nyeri daerah pinggul; nyeri punggung, diare dan gatal-gatal.

       Apabila kita melakukan shalat tahajjud dengan tepat, maksimal, berlama-lama, dan khusyuk, maka kadar kortisol dan berbagai hormone lain akan normal. Normalnya sekresi berbagai hormon dalam tubuh dapat memperbaiki daya tubuh. Baiknya daya tahan tubuh tidak hanya dapat menghindarkan serangan penyakit, tetapi juga menyembuhkan penyakit, termasuk penyakit jantung, stroke ginjal, asma, kanker, hipertensi, dan kencing manis.

4 komentar:

  1. Smga ilmunya bermanfaat dan barokah,aamiin

    BalasHapus
  2. Terimakasih ilmunya Bunda, bermanfaat 💕

    BalasHapus
  3. Terima kasih ibu ilmunya,smga Allah melancarkan sgla urusan dunia dan akhirat ibu,,,Aamiin...

    BalasHapus