Senin, 30 Maret 2015

" MAWAR, MELATI SEMUANYA INDAH "

Cerpen oleh : Yupi Oktaviarni
( Santriwati MA Serambi Mekkah Pesantren Terpadu Serambi Mekkah )

Mawar, melati semuanya indah
     Nanda meraih pulpen. Perih mengikuti jejak cerita yang akan di goreskanya. Sedih, lelah! Membuatnya tak bisa menggoreskan satu kata pun. Air matanya luruh tiba-tiba, saat karang hati yang pernah di biarkanya terhempas badai apa pun, tumbang akhirnya. Dia pun mengalah ! melangkah menemui ibunya yang memang mengiginkan kekalahan itu.
“inikah yang ibu inginkan ?” ucapnya sambil mengibaskan rambut hitamnya.
     Mata wanita yang dipanggilnya ibu berbinar sudah. Tidak lagi basah! Juga tak ada alagi kalimat badai yang keluar dari bibirnya.

      Nanda ingin menangis, tapi tetap di paksa menarik dua sudut bibirnya. Minim sekali senyum itu, seminim busana yang kini di pakainya. Di balik  senyum itu tersimpan dendam. Lalu dengan langkah  dibikin menggoda, dia melenggang di depan ibunya.

  “ aku minta do’a ibu, “ penuh kemunafikan mengucap kata itu.
       Teringat jilbab lebar yang pernah menutupi auratnya, dia ingin menagis. Sangat ingin! Namun , ia lebih ingin lagi membahagiakan ibunya, menuruti
keinginanya untuk menjadi bintang remaja.

       Nanda tak pernah menduga , juga tak mengerti jika dia akan menjadi korban idol hunt yang kini meminta semua orang menatap ke media. Sedikitpun dia tak punya keinginan untuk menjadi bintang, apalagi jika harus merelakan aurat menjadi aura keberuntunganya . tapi ibunya, berawal dari membujuk, lalu setengah memaksa, kini menyuruh nanda pergi dari rumah jika dia tetap mempertahankan jilbabnya.

      Ibunya ingin semua orang berdecak kagum , janda ditinggal suaminya yang hidup sebagai tukang jahit, tapi masih bisa menghidupi kedua anaknya dengan layak. Dira yang sulung telah sukses sebagai idola remaja. uang dan popularitas telah didapatkanya , dan ibunya mengiginkan si bungsu nanda mengikuti jejaknya.

      “ini bukan untuk ibu, nanda. Apa kamu ngak sakit hati pada ayah yang meninggalkanmu? Kamu bisa saja bertahan dengan kesabaranmu, tapi tolong balaskan dendam ibu. Membuat lelaki bejat itu kembali mengemis di rumah ini”

      Nanda ingin menutup telinga, tapi dipilihnya berlaku manis. Menurutnya , ibu tak salah menaruh dendam pada ayah yang menikah lagi.  Tapi, yang membuatnya meski harus diterima juga , permintaan ibunya yang menyuruhnya menjadi model. Kebanggaan ibunya dulu pada nanda yang anggun dengan jilbabnya dan pada nanda yang sopan langkahnya, kini pudar. Bahkan propesi nanda sebagai penulis fiksi pun tak dipandanginya. Sebelah matapun tidak !
“ sudah berapa tahun kamu menjadi penulis, siapa yang memujimu? Kamu hanya pemain di balik layar. Kamu cantik, pintar. Anugerah tuhan jangan di sia-siakan !”
       Dulu, saat kalimat itu terlontar untuknya, dia masih bisa dikilah , membela diri, bahkan tak rela dirinya dibanding – bandingkan dengan kak dira hanya karena propesi.

        “sebelum kak dira menjadi model, aku ngak pernah merasa dinomor duakan. Tapi, mengapa ibu sekarang Ibu berlakukan untuk ku?”
“ibu ingin melihat kamu sukses seperti kakakmu.”
“dengan memaksaku? Jilbabku yang ibu kagumi dulu pun ingin ibu kagumi dulu ingin ibu lepas paksa dari tubuhku” setengah menangis dia mengucap kalimatnya .

       Tapi, ibunya tetap pada pendiriannya .nanda mencoba cara lain.banyak diam,bahkan menghindar dari ibunya,hingga berkesan perang dingin.tapi,hasilnya tetap mengecewakan. Nanda bahkan terusir dari rumah jika tetap mempertahankan prinsip.bukan tak ada jalan lain,tapi nanda merasa bahwa menuruti keinginan ibunya adalah jalan terbaik saat ini
“jilbaber kita berganti bikini!”

     Sungguh”gendang telinganya terasa pecah mendengar kalimat itu.dia tetap melangkah,menulusuri koridor kampus yang penghuninya melayangkan mata kearahnya.dia memaksa tersenyum,menganggap koridor kampus sebagai catwalk yang akan di tempatinya melenggang saat jadi model kelak. “nanda?”suara tak percaya dengan apa yang di lihatnya itu,milik fatah.

        Nanda berhenti sejenak,menatap kearah fatah yang langsung tertunduk menerima tatapannya.ini yang pertama kalinya dia menatap lama wajah fatah.sebelumnya,dia lebih banyak mendengar suaranya dari balik hijab masjid.kalaupun bertemu,tidak “sedekat”ini.
“jenggoterkita patah hati,nih!”teriak mahasiswa yang sedang melihat nanda dan fatah dalam kebekuan.

       Nanda ingin berbicara,tapi tak tahu harus mengucap apa.fatah yang pergi darinyapun tak mampu di tahan langkahnya.kali ini dia menangis.merasa kehilangan fatah,teman setia di aktivitas dakwah.

        Sebenarnya nanda tahu apa yang akan terjadi jika dia menuruti keinginan ibunya.bahkan keberaniannya datang ke kampus dengan pakaian minim,semata karena ingin”uji nyali” sekaligus membiasakan diri tampil funky.

         Nanda telah membulatkan tekat untuk menjadi model!di balik tekat itu dia memiliki rencana tersendiri untuk ibunya mungkin semacam dendam tapi itu terpaksa di lakukan setelah tersiksa oleh paksaan dan amarah ibunya.

        Padahal dia boleh saja tak serius di audisi modelyang diikutinya kemarin tapi demi dendam dia berusaha menjadi yang terbaik.hasilnya tentu saja menggembirakan buat ibunya!meski buat dirinya sangat menyakitkan.nanda terpilih sebagai nominasi model yang akan masuk karantina dan di bimbing kejalan gelamor.

       Nanda menangis saat ibunya memberi senyum bangga dengan prestasi yang diraihnya.sekian lama hidup dengan ibunya,tanpa ayah,bahkan tanpa materi berlebih namun nanda berbahagia.tapi kini ?keberhasilan dira menjadi model bukannya membuat ibunya puas.padahal cari apalagi?rumah sederhana yang dulu di tempati kini telah di sulap menjadi istana oleh dira. Bahkan usaha jahitan telah berubah menjadi konveksi besar.puas tetap tak teraih.nanda jadi korban,menggadai iman demi keinginan ibunya .

        Nanda tahu dendam itu dosa apalagi jika rasa itu untuk orang yang telah melahirkannya.tapi nanda telah meniatkan sejak dulu luluh untuk meluruhkan jilbab dari tubuhnya.baginya,bayaran prihati saat dia terpaksa melepas jilbab haruslah setimpal. Paling tidak,memberi teguran kepada ibunya yang materialis.

        Popularitas kini di tangan.model agensi tempatnya terdidik bukan hanya memilihnya sebagai juara kedua,namun juga sebagai pemenang favorit pilihan penggemar.tapi,sedikitpun nanda tak berbangga bencinya malah semakin menjadi.

         Dan bencipun membuncah saat wajahnya terpampang di lembaran remaja sebagai idola,pada hampir pada sudut kota yang dibintanginya. apalagi televisi hampir semua peran sinetron dilakoninya sepertinya niatnya dari awal,saat namanya telah melambungdan terikat perjanjian kontrak dengan production house,diapun kembali ke habitat semula,sebagai jilbaber!
“ kamu gila nanda!bukannya tamu terikat kontrak dengan iklan sampo? gimana surat perjanjian yang telah kau tanda tangani dengan rumah produksi,peran kamu di senetron sebagai gadis funky tanpa jilbab  ibunya.

“ tapi, perjanjian antara ibu dan nanda Cuma sebatas jadi model ”

        Kalimat nanda terpotong oleh tamparan keras dari ibunya
“jangan anggap sepele rumah produksi bisa saja menuntut kamu milyaran”
“kan ada denda kurungan,jika kamu tak merelakan harta yang ibu peroleh dari kak dira untuk kebebasan nanda”

       Ibunya memelas,memaksa,juga menampar lagi tapi, nanda tak bergeming.bahkan mengadakan jumpa pers tentang keputusannya meninggalkan dunia selebritis.

       Bukan tak ada perih.ibah telah berubah menjadi ujung pedang yang mengiris-ngiris saat rumah,mobil dan usaha konfeksi ibunya tersegel demi membayar denda pelanggaran surat perjanjiannya dengan rumah produksi.iba bukan karena tak punya apa-apa  lagi tapi karena ibunya yang tiba-tiba shock,tak kuat menerima kenyataan yang mendadak berubah arah.

“Kamu tak punya perasaan!”cecar dira. “bukan begini caranya membalas sakit hati pada ibu.sebesar apapun salahnya apa susahnya melupakan,memaafkan.”nanda diam.ujung jilbabnya telah basah air mata,sementara ibunya terkulai lemas berjuntai selang inpus.

“sebenarenya bukan saat kamu memilih untuk jadi model,kamu harus melepas jilbab.tapi,saat kamu membangun kebencian pada ibu,di situlah jilbabmu tak pernah pantas!nanda,bukan kamu yang harus memberi teguran kepada ibu tapi tuhan!”

        Mendengar dira menyebut tuhan sesal semakin menyiksa sedikitpun dia tak pernah meminta persetujuan-Nya lewat istikharah,saat dia menjadi model.begitu juga saat melepas bencinya lewat dendam,tak pernah sekalipun dia meminta petunjuk lewat do’a,dia bertindak sendiri!
“maafkan nanda bu!”

        Tubuh ibunya yang terkulai lemah di peluk erat.dibasahi dengan air mata penyesalan.
“permisi!”

         Pelukan nanda terlepas. matanya beralih keasal suara  menjelaskan kepada tugas kepolisian jika hutangnya pada rumah produksi telah lunas dari hasil pelelangan harta ibunya.tapi,mata petugas itu menatap tajam kearah dira yang membalas tatapan itu dengan gugup.
“bisa ikut kami ke kantor.”

         Dira tanpak  tak bisa mengelak.seolah tahu dirinya bersalah. Nanda bingung dengan pemandangan di depan matanya nanda ingin mengikuti langkah kakaknya yang di kawal.tapi,ibunya yang telah memulai menggerakkan jari,yang setelah seharian hilang dari hidupnya memaksanya tinggal dan menemani ibunya.
“maafkan aku bu nanda menyesal aku keterlaluan maukah ibu memaafkan ku?”

          Pejaman mata ibuku terbuka sejenak lalu tertutup lagi.dia ingin membuka mata untuk nanda tetapi terlalu berat kelopaknya tersimpan tangis kornianya merindukan sosok nanda yang anggun dengan jilbabnya tapi,rindu itu tertahan oleh sesal yang telah membedakan kedua putrinya  hanya karena profesi!jemarinya menggenggap jari nanda yang menjabat erat  sekali.
“nanda, ibu yang salah….,” serangkai kalimat terucap akhirnya. Nanda menggeleng, tapi ibu nya membuka mata menatap layu pada nanda yang masih di basahi tangis.
“dira kemana?”

         Bergetar bibir nanda menerima pertanyaan itu tentu saja tak tepat meski sebenarnya dia pun tak tahu apa yang membuat dira di jemput petugas kepolisian.
“kak dira ada syuting “ katanya.
“ibu ingin memeluknya,ibu rindu” katanya sambil meraih sambil meraih remote TV dan menyalakan nya.

        Wajah dira memeng ada di layar kaca, tapi tak seperti biasanya. Kali ini wajahnya hadir di acara infotaiment dan menampilkan sebagai tersangka pengguna dan pengedar obat-obatan terlarang.

        Mata nanda tak betah menatap layar TV tatapan nya beralih ke arah ibu dia takut akan terjadi apa-apa pada ibunya tapi ibunya berkata “ibu sedih, perih, tapi tak rapuh. Ku harap dira bisa mengambil hikmah dari kejadian yang menimpanya seperti ibu yang kini tak bisa membedakan posisi kalian hanya karena warna…”

        Nanda melabuhkan peluknya, menumpahkan tangis di tubuh ibunya yang berusaha setegar mungkin. Dalam pelukan itu meski perih yang akan mengikuti jejak goresan pena nya, dia tetap tak sabar ingin meraih pulpen lalu bercerita panjang.

       Ku tuliskan  kisah ku pada karangan dengan jari telanjang! Batinnya membayangkan kalimat pembuka cerpennya, setelah sekian lama tak menulis.

Pesantren Tepadu Serambi Mekkah
Padang Panjang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar