Oleh : Suhefriandi,Spd. MM
Seiring dengan bertambah nya usia pesantren dari tahun ke tahun tentunya Pesantren harus terus berbenah, memperbaiki sistem yang ada dan terus melakukan pemberdayaan SDM secara maksimal, Pembenahan Sarana Prasarana yang sesuai dengan kebutuhan target Pencapaian lulusan yang berkualitas..
Pesantren Terpadu Serambi Mekkah (PTSM) adalah lembaga pendidikan islam dengan sistem boarding, berada dibawah naungan badan hukum Yayasan Pendidikan Bahar Yusuf Padang Panjang. Sampai saat ini mengelola 3 satuan pendidikan yakni :
1. SMP Uswatun Hasanah
2. SMA Uswatun Hasanah
3. MA Serambi Mekkah
Ketiga Sekolah tersebut berada dibawah pengawasan dan koordinasi Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama. Karena itu Visi dan Misi Pesantren Terpadu Serambi Mekkah selaras dengan visi dan misi pendidikan nasional (Mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan indonesia yang cerdas, komprehensisif dan kompetitif).
Eksekusi 1479
Visi adalah cita-cita atau pandangan jauh ke depan yang ingin dicapai dari suatu organisasi dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Visi harus realistis dan mampu menjadi tuntutan bagi organisasi agar eksis, unggul, antisipasif dan inovatif.
Angka 1 = VISI Pesantren Terpadu Serambi Mekkah
Menjadi Lembaga Pendidikan Islam Yang Kompetitif, Favorit Dan Model Dalam Penerapan Kurikulum Terpadu Untuk Mewujudkan Intelektual Muslim Yang Berakhlak Mulia.
Pesantren Terpadu Serambi Mekkah dengan Mengusung Visi diatas semoga dengan kerjasama seluruh Stakeholder yang ada mampu kita wujudkan..
Angka 4 = MISI PESANTREN TERPADU SERAMBI MEKKAH
MISI adalah cara atau strategi untuk mewujudkan Visi melalui langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi.
MISI pesantren Terpadu Serambi Mekkah Menyiapkan Peserta Didik Untuk Memiliki Kecerdasan Utama :
1. Cerdas Spiritual
Pengertian Kecerdasan Spiritual (SQ)
Kecerdasan spiritual (SQ) erat kaitannya dengan keadaan jiwa, batin dan rohani seseorang. Ada yang beranggapan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan tertinggi dari kecerdasan lain seperti kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emsoional (EQ). Hal ini dikarenakan ketika orang sudah memiliki kecerdasan spiritual (SQ), orang itu mampu memaknai kehidupan sehingga dapat hidup dengan penuh kebijaksanaan.
Pengertian kecerdasan spiritual (SQ) sendiri adalah kemampuan jiwa yang dimiliki seseorang untuk membangun dirinya secara utuh melalui berbagai kegiatan positif sehingga mampu menyelesaikan berbagai persoalan dengan melihat makna yang terkandung didalamnya. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan melihat permasalahan itu dari sisi positifnya sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan cenderung melihat suatu masalah dari maknanya.
Orang melakukan berbagai macam cara agar bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya. Banyak orang yang melakukan kegiatan sosial seperti menyantuni anak yatim demi memuaskan rohani atau spriritualnya. Namun tak jarang juga orang melakukan meditasi, yoga maupun dengan melakukan introspeksi diri sendiri Agar menemukan jati diri dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik sehingga dapat menemukan makna hidup sebenarnya.
Kecerdasan spiritual (SQ) nampak pada aktivitas sehari-hari, seperti bagaimana cara bertindak, memaknai hidup dan menjadi orang yang lebih bijaksana dalam segala hal. Memiliki kecerdasan spiritual (SQ) berarti memiliki kemampuan untuk bersikap fleksibel, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu mengambil pelajaran dari setiap kejadian dalam hidupnya sehingga mampu menjadi orang yang bijaksana dalam hidup.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) akan cenderung menjadi orang yang bijaksana dengan pembawaan yang tenang, memandang segala sesuatu dari sisi positif dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan bijaksana. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) cenderung tidak terlalu memikirkan materi, yang menjadi tujuan hidup mereka adalah bagaimana membuat jiwa dan rohani bahagia dengan selalu berbuat baik kepada setiap orang.
Untuk menjadi orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) yang tinggi diperlukan niat dan kemauan yang keras untuk benar-benar berubah menjadi orang yang lebih baik dan mengisi seluruh jiwa dengan kebaikan dan memandang segala sesuatu dari sisi positif. " Semoga setiap santri dan santriwati yang mondok di pesantren terpadu serambi mekkah ini memiliki kecerdasan spritual yang baik."
2. Cerdas Emosional Dan Sosial
Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ). Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
Kecerdasan Sosial ( Social Intellegency adalah kecerdasan yang digunakan orang untuk berinteraksi dan berhubungan antara satu dengan yang lain. Selain itu kecerdasan sosial adalah merupakan keseluruhan dari kemampuan seseorang yang digunakan untuk berinteraksi atau berhubungan secara efektif dengan orang lain. Kapanpun seseorang berinteraksi dengan orang lain, apakah dengan teman, anggota keluarga, kenalan, asosiasi bisnis, maupun penjaga toko, kecerdasan sosial merupakan suatu keterampilan yang harus dimiliki. Sikap yang menunjukkan individu cerdas secara sosial dapat terlihat dalam bentuk kasih sayang, peduli sekitarnya, mampu mebawa diri, jujur, empati, menolong, menghargai, dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar. Kecerdasan sosial merupakan salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang siswa karena bertujuan membentuk pribadi siswa supaya menjadi manusia, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. " Semoga setiap santri dan santriwati yang mondok di Pesantren terpadu serambi mekkah ini memiliki kecerdasan emosional dan sosial yang baik."
3. Cerdas Intelektual
1. Kecerdasan Intelektual (Intelegensi) Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern. Digunakan sebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan ternyata masih juga di Indonesia saat ini. Bahkan untuk masuk ke militer pada saat itu, IQ lah yang menentukan tingkat keberhasilan dalam penerimaan masuk ke militer. Kecerdasan ini terletak di otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk berhitung, bernalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan " What I Think ".
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Imran: 191
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang- orang yang berakal” Akal yang berpusat diotak (al-demagh) adalah komponen yang ada dalam diri manusia yang memiliki kemampuan memperoleh pengetahuan secara nalar. Setelah memperoleh maupun menyimpan ini berbeda-beda antara satu orang dengan yang lain, bergantung kepada wadah kognitif yang dimilki seseorang. Digambarkan secara sederhana oleh ahli psikologi Seto Mulyadi bahwa ada manusia yang berwadah kognitif sebesar gelas kecil ada yang besar gelas besar, ada pula yang sampai sebesar danau. Semakin besar wadah kognitif, semakin banyak pengetahuan yang dapat diserap dan disimpan dalam kognitif orang tersebut. Otak manusia tidak bekerja seperti media audio atau video tape recorder, yang mampu merekam seluruh informasi secara utuh. Ketika menerima informasi otak tidak langsung merekam, tapi mempertanyakan lebih dulu, ia akan memproses dan mengolahnya. Untuk memperoleh dan mengolah informasi secara efektif, otak perlu melaksanakan refleksi baik secara internal maupun secara eksternal. Cara berfikir otak kanan dan otak kiri masing-masing belahan bertanggung jawab terhadap cara berfikir dan mempunyai spesialsiasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu, walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antar keduanya. Proses berfikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional (membaca, menulis, simbolisme dsb). Cara berfikir otak kanan bersifat acak tidak teratur, intuitif dan holistik (perasaan, emosi, perasaan, pengenalan bentuk dan pola, visualisasi dsb). " Semoga setiap santri dan santriwati yang mondok di Pesantren terpadu serambi mekkah ini memiliki kecerdasan Intelektual yang baik."
4. Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan untuk menggunakan tubuh dengan trampil dan memegang objek dengan cakap. Kecerdasan ini ditunjukkan oleh para atlet, penari, ahli , masyarakat pengrajin. " Semoga setiap santri dan santriwati yang mondok di Pesantren terpadu serambi mekkah ini memiliki kecerdasan kinesyetik yang baik."
Angka 7 = KARAKTER Pesantren Terpadu Serambi Mekkah
1. Beraqidah Yang Lurus Sesuai Al-quran dan Sunnah
Dasar Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahan-nam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [An-Nisaa’: 115]
Ayat ini menunjukkan bahwa menyalahi jalannya kaum mukminin sebagai sebab seseorang akan terjatuh ke dalam jalan-jalan kesesatan dan diancam dengan ma-suk Neraka Jahannam.
Ayat ini juga menunjukkan bahwasanya mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebesar-besar prinsip dalam Islam yang mempunyai konsekuensi wajibnya ummat Islam untuk mengikuti jalannya kaum mukminin dan jalannya kaum Mukminin adalah perkataan dan perbuatan para Shahabat ridhwanullahu ‘alaihim ajma’iin. Karena, ketika turunnya wahyu tidak ada orang yang beriman kecuali para Shahabat, sebagaimana firman Allah jalla wa’ala:
“Artinya : Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beri-man.” [Al-Baqarah: 285]
Orang Mukmin ketika itu hanyalah para Shahabat radhiyallahu ‘anhum tidak ada yang lain. Ayat di atas menunjukkan bahwa mengikuti jalan para Shahabat dalam memahami syari’at adalah wajib dan menyalahinya adalah kesesesatan.
“Artinya : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka Surga-Surga yang mengalir sungai-sungai di dalam-nya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keme-angan yang besar.” [At-Taubah: 100]
Ayat tersebut sebagai hujjah bahwa manhaj para Shahabat ridhwanullahu ‘alaihim jami’an adalah benar. Dan orang yang mengikuti mereka akan mendapatkan keridhaan dari Allah Jalla wa ’Ala dan disediakan bagi mereka Surga. Mengikuti manhaj mereka adalah wajib atas setiap Mukmin. Kalau mereka tidak mau mengikuti, maka mereka akan mendapatkan hukuman dan tidak mendapatkan keridhaan Allah Jalla wa ’Ala dan ini harus diperhatikan.
“Artinya : Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” [Ali Imraan: 110]
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Jalla wa ’Ala telah menetapkan keutamaan atas sekalian ummat-ummat yang ada dan hal ini menunjukkan keistiqamahan para Shahabat dalam setiap keadaan, karena mereka tidak menyimpang dari syari’at yang terang benderang, sehingga Allah Jalla wa ’Ala mempersaksikan bahwa mereka memerin-tahkan setiap kema’rufan (kebaikan) dan mencegah setiap kemungkaran. Hal tersebut menunjukkan dengan pasti bahwa pemahaman mereka (Shahabat) adalah hujjah atas orang-orang setelah mereka, sampai Allah Jalla wa ’Ala mewariskan bumi dan seisinya.
B. DALIL-DALIL DARI AS-SUNNAH
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis dengan tangannya kemudian bersabda: ‘Ini jalan Allah yang lurus.’ Lalu beliau membuat garis-garis di kanan kirinya, kemudian bersabda: ‘Ini adalah jalan-jalan yang bercerai-berai (sesat) tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat syaitan yang menyeru kepadanya.’ Selanjutnya beliau membaca firman Allah Jalla wa ’Ala: ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.’” [Al-An’aam: 153] [6]
“Artinya : Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Shahabat), kemudian yang sesudahnya, kemudian yang sesudahnya. Setelah itu akan datang suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”
Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan tentang kebaikan mereka, yang merupakan sebaik-baik manusia serta keutamaannya. Sedangkan perkataan ‘sebaik-baik manusia’ yaitu tentang ‘aqidahnya, manhajnya, akhlaqnya, dakwahnya dan lain-lainnya. Oleh karena itu, mereka dikatakan sebaik-baik manusia . Dan dalam riwayat lain disebutkan dengan kata “khaiyrukum” (sebaik-baik kalian) dan dalam riwayat yang lain disebutkan “khaiyru ummatiy” (sebaik-baik ummatku.’)
Kata Shahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
“Artinya : Sesungguhnya Allah melihat hati hamba-hambaNya dan Allah mendapati hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik hati manusia, maka Allah pilih Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusanNya. Allah memberikan risalah kepadanya, kemudian Allah melihat dari seluruh hati hambah-hamba-Nya setelah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka didapati bahwa hati para Shahabat merupakan hati yang paling baik sesudahnya, maka Allah jadikan mereka sebagai pendamping NabiNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mereka berperang atas agamaNya. Apa yang dipandang kaum Muslimin (para Shahabat Rasul) itu baik, maka itu baik pula di sisi Allah dan apa yang mereka (para Shahabat Rasul) pandang jelek, maka jelak di sisi Allah”
Dan dalam hadits lain pun disebutkan tentang kewajiban kita mengikuti manhaj Salafush Shalih (para Shahabat), yaitu hadits yang terkenal dengan hadits ‘Irbadh bin Sariyah, hadits ini terdapat pula dalam al-Arbain an-Nawawiyah no. 28:
Artinya : “Berkata al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu : ‘Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami dan memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati bergetar.”
“Maka seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah, nasehat ini seakan-akan nasehat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat.’”
“Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian supaya tetap bertaqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kamu adalah seorang budak Habasiyyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian setelahku maka ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada Sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru, karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid’ah. Dan setiap bid’ah adalah sesat.’”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan tentang akan terjadinya perpecahan dan perselisihan pada ummat-nya, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mem-berikan jalan keluar untuk selamat dunia dan akhirat, yaitu dengan mengikuti Sunnahnya dan sunnah para Shahabatnya ridhwanullaahu ‘alaihim jami’an. Hal ini menunjukkan tentang wajibnya mengikuti Sunnahnya (Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam) dan sunnah para Shahabatnya ridhwanullahu ‘alaihim jami’an.
Kemudian dalam hadits yang lain, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya ummat ini menjadi 73 golongan):
“Artinya : Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.”
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Artinya : Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para Shahabatku berjalan di atasnya.”
Hadits iftiraq tersebut juga menunjukkan bahwa ummat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, semua binasa kecuali satu golongan yaitu yang mengikuti apa yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya ridhwanullahu ‘alaihim jami’an. Jadi jalan selamat itu hanya satu, yaitu mengikuti al-Qur-an dan as-Sunnah menurut pemahaman Salafus Shalih (para Shahabat).
Hadits di atas menunjukkan bahwa, setiap orang yang mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya adalah termasuk ke dalam al-Firqatun Najiyah (golongan yang selamat). Sedangkan yang menyelisihi (tidak mengikuti) para Shahabat, maka mereka adalah golongan yang binasa dan akan mendapat ancaman de-ngan masuk ke dalam Neraka.
[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 2]
2. Beribadah Sesuai Tuntunan Syariat
( Al-Qur'an dan As-Sunnah )
3. Berakhlak Mulia
Kajian Akhlak Tauhid. Akhlak berarti prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun. Akhlak mulia berati seluruh prilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadist yaitu adab sopan santun yang dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW kepada kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih hidup. Akhlak beliau adalah Al-Quran.
Akhlak atau adab sopan santun yang telah dicontohkan dan diajarkan Rasulullah Muhammad SAW itu meliputi akhlak manusia kepada Allah SWT dan Akhlak terhadap sesama ciptaan Allah, termasuk didalamnya akhlak terhadap diri sendiri karena diri sendiri itu termasuk ciptaan Allah Juga, lahir dan batin.
Secara garis besar, akhlak mulia itu dapat dikelmpokkan kedalam dua kelompok yaitu:
1. Akhlak kepada Allah
Akhlak mulia kepada Allah berati mengikuti seluruh perintah yang telah disampikan Allah kepada Rasul yang Maha Mulia Muhammad SAW. Seluruh perintah tersebut sudah tercatat dalam Al-Quran dan Hadist.
2. Akhlak kepada ciptaan Allah
Akhlak terhadap ciptaan Allah meliputi segala prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan santun sesama ciptaan Allah yang terdiri atas ciptaan Allah yang gaib dan ciptaan Allah yang nyata, benda hidup dan benda mati.
4. Berwawasan global dan Kreatif
5.Mandiri dan disiplin
6. Berbadan sehat
7. Peduli dan Bermanfaat
9 = NILAI - NILAI PESANTREN TERPADU SERAMBI MEKKAH
1. Bekerja Ikhlas untuk mengharapkan Ridho Allah SWT
2. Berlaku Jujur dalam ucapan dan perbuatan
3. Bertanggungjawab dalam setiap pekerjaan
4. Berlaku Adil dan Disiplin dalam bertindak
5. Berorientasi Masa depan
6. Bersikap Ramah,Sopan dan berakhlak mulia
7. Bekerjasama dalam mencapai tujuan
8. Berbagi dan Peduli kepada sesama
9. Bersabar dan Tawakal dalam berusaha
MOTTO Pesantren Terpadu Serambi Mekkah
" Ikhlas, Disiplin, Efisien dan kerja keras untuk meraih prestasi dengan mengharap ridho Allah SWT."
SEMOGA BERMANFAAT
PESANTREN TERPADU SERAMBI MEKKAH
MEMERIMA SANTRI SANTRIWATI BARU TAHUN AJARAN 2015/2016
TINGKAT SMP- SMA- MA
TELP. 0752 84169
Tidak ada komentar:
Posting Komentar