Jumat, 06 Maret 2015

Prof. Rusdi


       Pendidikan bagi kebanyakan orang didaerah Minang Kabau tidak begitu penting, pada zaman sekitar tahun 60 an mereka lebih memilih untuk berwirausaha ke negeri seberang atau lebih populernya merantau.

      Bahkan selepas sekolah menengah Pertama setiap anak laki laki di Minang Kabau sudah di tanyakan oleh orang tua mereka hendak pergi merantau ke daerah mana " akan ikut siapa dirantau dan mau berdagang apa disana.. orang tua mereka sudah mengajak anak anaknya seusia itu  berfikir keras untuk membantu ekonomi keluarga nya.. bisa kita lihat dari ulasan dialoq populer ini, " sabanta lai ka tamat SMP nak.. Amak ndak ado biaya untuk menyekolahkan do.. ndak usah sajo lah manyambuang sekolah.. pai sajo lah marantau yo nak.. amak alah menelpon tetangga awak yang mangaleh di jakarta.. mereka sadang butuh karyawan, baraja lah mangaleh jo mereka yo.. maaf yo nak.. adiak ang banyak.. jadi biaya harus amak pandai pandai membagi nyo.. kalau lai barasaki ang.. bantu bantu jo adiak adiak ang nanti yo.. " Ayah ang lah tuo, beliau pun ndak bakarajo lai bahkan beliau dalam kondisi buto..

Begitulah dialoq keluhan karena kondisi ekonomi di sebahagian keluarga di Minang Kabau saat itu, sungguh sangat memprihatinkan..

Sebagai contoh dalam Luqman 14 :

Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang Ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Kita tidak boleh lupa bahwa mematuhi hak-hak Allah SWT adalah wajib, hak-hak manusia juga harus diperhatikan. Tetapi dari semua manusia, hak-hak Ibu-Bapak adalah yang terpenting.

Kondisi seperti itu juga dialami oleh sebuah keluarga Miskin yang tinggal disebuah desa Balai Baru Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok Sumatera Barat

Lahir dari seorang Ayah bergelar Datuk ( pemimpin Suku di Minang Kabau ) tetapi sang ayah sudah tua dan tidak lagi melihat karena kedua Mata beliau Buta.. konon karna disiksa di jaman penjajahan Belanda.. Mata beliau buta karna di jemur 2 hari di panas terik matahari tanpa harus berkedip.. beliau adalah seorang Wali nagari waktu itu, beliau di siksa karna  mempertahan Nagari tersebut untuk tidak di ambil oleh belanda, selain seorang wali Nagari beliau juga seorang Alim Ulama besar di kampung tersebut.. bahkan beliau pernah bercerita.. bahwa beliau sangat akrab dengan Buya Hamka.. hanya nasehat nasehat bijak lah yang mampu beliau berikan untuk sang anak, selain berdo'a pada Allah SWT tentunya..

Sang ibu lah yang banyak berperan  dalam menghidupi anak anak nya.. dari berjualan ketupat/ lontong untuk warga sekitar pasar dan untuk anak anak sekolah yang melintas setiap pagi, dan sebagai buruh tani yang di gaji harian di sawah orang.. dari sana lah sang ibu menghidupi keluarga nya..

Al Ahqaf 15 – 18
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang Ibu bapaknya, Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada Ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. Dan orang yang berkata kepada dua orang Ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua Ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.

Ke dua orang tua ini tinggal disebuah rumah dipinggir pasar, bahkan saat itu rumah masih beralaskan tanah dan di alasi dengan tikar seadanya,dinding rumah di dinding sekedarnya saja..
Mereka memiliki 3 orang anak laki laki dan 1 orang anak perempuan.. anak laki laki yang pertama beliau tidak sampai kelas 5 Sekolah Dasar, berhenti sampai kelas 5 Sekolah Dadar karna tidak ada biaya lagi untuk melanjutkan pendidikan.. terpaksa sang anak berhenti sekolah dan bekerja jadi kernet mobil angkutan umum jurusan Paninggahan Sumani - Solok.. dari hasil bekerja sebagai kernet mobil tersebut setiap dapat uang selalu di berikan kepada sang ibu beliau untuk menambah kebutuhan rumah.. dan untuk membantu biaya sekolah adik adik beliau, Anak ke dua dari pasangan orang tua tersebut perempuan.. tidak berbeda jauh dengan anak pertama pasangan tersebut kelas 2 sekolah Dasar sudah harus berhenti dan berjualan keliling kampung, usia 13 tahun beliau sudah di carikan suami dan dinikahkan.. ya.. begitulah zaman dulunya di daerah tersebut adat nya..

Anak ke Tiga dari pasangan tersebut laki laki, pada anak ketiga inilah kisah ini di mulai, lahir dari pasangan orang tua yang miskin, ibu buruh tani dan penjual lontong dan sang ayah mengalami kebutaan.. anak laki laki itu bernama Rusdi.. Nama yang sangat indah di berikan oleh seorang ayah.. di gandeng dengan nama sang ayah.. Rusdi Thaib.. ya.. Prof. Drs. Rusdi Thaib, Grand Dipl, MA, Ph.D

Menyadari terlahir disebuah keluarga miskin tidak menyurutkan semangat beliau untuk terus bersekolah.. Rusdi dari sekolah dasar ( SDN 1 PANINGGAHAN ) selalu meraih peringkat 1 di sekolah, dengan segala keterbatasan ekonomi keluarga, beliau tetap bersemangat dalam belajar dan terus selalu belajar.. sampai sekolah menengah pertama ( SMPN 1 PANINGGAN ) beliau adalah murid angkatan pertama disekolah menengah yang baru didirikan itu, dengan semangat yang sama beliau tetap menjadi juara 1 disetiap tingkat, bahkan beliaulah ketua OSIS pertama di sekolah tersebut, seperti biasa, keseharian beliau sepulang sekolah adalah membantu ibu beliau yang bekerja disawah orang, mengantarkan nasi disiang hari sepulang sekolah untuk ibunda tercinta beliau, semuanya beliau lakukan dengan berjalan kaki menempuh perjalanan 5 kilometer melewati pematang pematang sawah tempat ibunda beliau yang bekerja disawah orang sebagai buruh harian.. sewaktu waktu juga membantu ibunda beliau mengarap sawah beliau sendiri,juga sewaktu waktu beliau bekerja mandiri sebagai buruh tukang angakat pasir basah untuk dinaikan ke truk pengangkut pasir.. sungguh perjuangan yang sangat berat bagi anak seusia beliau dikala itu.. setelah menamatkan pendidikan menengah pertama, beliau melanjutkan pendidikan tingkat atas ( SMAN 1 X KOTO SINGKARAK )... ( Semoga sanggup menyelesaikan nya sampai menjadi sebuah buku )...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar