Senin, 20 April 2015

DETIK DETIK WAFATNYA RASULULLAH SAW

Sebelum malaikat Izrail diperintah Allah SWT

untuk mencabut nyawa Nabi Muhammad SAW,

Allah SWT berpesan kepada malaikat Jibril. “Hai

Jibril, jika kekasih-Ku menolaknya, laranglah

Izrail melakukan tugasnya!” Sungguh

berharganya manusia yang satu ini yang tidak

lain adalah Nabi Muhammad SAW.

Di rumah Nabi Muhammad SAW, Tiba-tiba dari

luar pintu terdengar seorang yang berseru

mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?”

tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya

masuk sambil berkata, “Maafkanlah, ayahku

sedang demam” kata Fatimah yang

membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian Fatimah kembali menemani Nabi

Muhammad SAW yang ternyata sudah membuka

mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu

wahai anakku?”. “Tak tahulah ayahku,

sepertinya orang baru, karena baru sekali ini

aku melihatnya” tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya dengan

pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah

bahagian demi bahagian wajah anaknya itu

hendak dikenang. “Ketahuilah wahai anakku,

dialah yang menghapuskan kenikmatan

sementara, dialah yang memisahkan pertemuan

di dunia. Dialah malaikatul maut” kata

Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan

tangisnya. Malaikat maut pun datang

menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan

kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya.

Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya

sudah bersiap di atas langit dunia menyambut

ruh kekasih Allah SWT dan penghulu dunia ini.

“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan

Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang

amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka,

para malaikat telah menanti ruhmu. Semua

surga terbuka lebar menanti kedatanganmu”

kata malaikat Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah

lega, matanya masih penuh kecemasan.

“Engkau tidak senang mendengar khabar ini?”

Tanya Jmalaikat ibril lagi. “Kabarkan kepadaku

bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan

khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah

mendengar bahwa Allah berfirman kepadaku:

Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat

Muhammad telah berada di dalamnya” kata

malaikat Jibril. Detik-detik semakin dekat,

saatnya malaikat Izrail melakukan tugasnya.

Perlahan ruh Rasulullah ditarik.

Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah

peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril,

betapa sakit sakaratul maut ini.” Perlahan

Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali

yang di sampingnya menunduk semakin dalam

dan Jibril memalingkan muka. “Jijikkah kau

melihatku, hingga kau palingkan wajahmu

Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat

pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup,

melihat kekasih Allah direnggut ajal” kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah

mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan

lagi. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini,

timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku,

jangan pada umatku” Badan Rasulullah mulai

dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak

lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak

membisikkan sesuatu, Ali mendekatkan

telinganya. “Uushiikum bis-shalaati, wamaa

malakat aimaanukum (peliharalah shalat dan

peliharalah orang-orang lemah di antaramu)”.

Di luar, pintu tangis mulai terdengar

bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah

menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali

kembali mendekatkan telinganya ke bibir

Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii,

ummatii, ummatiii! (Umatku, umatku, umatku)”.

Dan, berakhirlah hidup manusia yang paling

mulia yang memberi sinaran itu. Allaahumma

sholli ‘alaa Muhammad wa’alaihi wasahbihi

wasallim.

Ya Allah, Berikanlah untuk Muhammad “al

wasilah” (derajat) dan keutamaan. Dan

tempatkanlah ia di tempat terpuji sebagaimana

yang telah Engkau janjikan”. Betapa mendalam

cinta Rasulullah kepada kita ummatnya, bahkan

diakhir kehidupannya hanya kita yang ada

dalam fikirannya. Sakitnya sakaratul maut itu

tetapi sedikit sekali kita mengingatnya bahkan

untuk sekedar menyebut namanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar