Senin, 13 April 2015

" SEBAB SELALU JATUH DALAM KEBATILAN "


الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمدٍ آله وصحبه أجمعين، وبعد:

Sungguh, termasuk perkara yang tidak diragukan lagi bahwa kembali kepada kebenaran adalah lebih baik dari pada terus menerus terjatuh ke dalam kebatilan; karena terus menerusnya seseorang jatuh ke dalam kebatilan merupakan bukti atas kehinaan dirinya, dan sungguh setiap orang akan diuji dengannya.

Sebagaimana dikatakan oleh imam Ibnul Qoyyimrohimahulloh di dalam kitab "al-Fawaid"nya:

“والخذلان أن يكلك الله إلى نفسك”.

"Dan kehinaan ialah dirimu diserahkan urusannya oleh Allah kepada dirimu sendiri".

Dan sebab-sebab seseorang terus menerus jatuh ke dalam kebatilan setelah datang kejelasan kepadanya banyak sekali, diantaranya:

Cinta kekuasaan dan popularitas.

        Berkata imam as-Syathibiy di dalam kitabnya "al-I'tishom":

" آخر الأشياء نزولاً من قلوب الصَّالحين: حبُّ السُّلطة والتَّصدر ".

"Perkara yang terakhir turun dari hati orang-orang sholih ialah: cinta kepada kekuasaan dan popularitas".

Berkata Ibrohim bin Adham:

“مَا صَدق َاللهَ عَبدٌ أَحَبَّ الشُّهرة “

  "Tidaklah seorang hamba yang cinta akan popularitas akan berbuat jujur kepada Alloh".

Dan imam ad-Dzahabiy mengomentari ucapan beliau: "Aku katakan: bahwa tanda seseorang yang ikhlas yang benar-benar telah mencintai popularitas, sedang dia tidak merasa dengannya, ialah yang apabila disebutkan celaan tentang hal itu maka dia tidak berusaha untuk mencegah dan membebaskan dirinya dari hal tersebut. Bahkan dirinya mengakui dan berkata: Semoga Alloh merahmati orang yang telah menunjukkan kepadaku kekurangan-kekurangan ku, dan dia tidak kagum kepada diriya sendiri serta tidak pula merasa akan kekurangannya, bahkan dia tidak merasa bahwa dirinya tidak merasa, karena ini merupakan penyakit kronis." (Siyar a'lamin nubala', imam ad-Dzahabiy: 7/393)

Dan imam Ibnu Abdil barr mendendangkan sebuah bait di dalam "Jami' bayanil Ilmi" (1/no.975):

 " حبُّ الرئاسـة داءٌ يحلــق الدنيا ويجعل الحبَّ حرباً للمحبينا

يفري الحلاقيم والأرحام يقطــعها فلا مروءة يبقها و لا ديـنا

مَنْ ساد بالجهل أو قبل الرسوخ فما تَلفـيه إلاَّ عـدواً للمحقينا

يشنا العلوم ويقلي أهلها حســداً ضاهى بذلك أعداءَ النبيينا"

"Cinta kepemimpinan merupakan penyakit yang akan mencukur dunia dan akan menjadikan kecintaan sebagai peperangan bagi yang mencintai kami...

membelah kerongkongan-kerongkongan dan tali persaudaraan yang akan memutuskannya, maka tidak ada lagi kewibawaan yang tersisa tidak pula ada agama...

Barangsiapa yang memimpin dengan kebodohan atau sebelum mumpuni, maka tidak ada yang tersisa baginya kecuali permusuhan bagi yang membela kami...

menuntut ilmu dan membenci ahlinya karena hasad maka perangai itu menyerupai para musuh nabi kita..."

Dan berkata Abu Nu'aim:

“والله ما هلك مَنْ هلكَ إلاَّ بحبِّ الرِّئاسة”

" Demi Alloh, tidak ada orang yang benar-benar binasa kecuali karena cinta kepemimpinan". 

(Jami' bayanil ilmi 1/570)

Sombong dan menolak menerima kebenaran.

Berkata imam Sufyan ibnu 'Uyainah: 

“ليس العاقل الذي يعرف الخير والشر، وإنما العاقل الذي إذا رأى الخير اتبعه وإذا رأى الشر اجتنبه” (الحلية) (8 / 339).

  "Bukanlah orang yang berakal itu orang yang mengetahui kebaikan dan kejelekan, akan tetapi orang yang berakal itu ialah orang yang melihat sebuah kebaikan lalu dia mengikutinya dan apabila dia melihat kejelekan maka dia menjauhinya". (al-Hilyah 8/339)

Dan berkata imam Ibnul Qoyyim di dalam kitabnya "al-Fawaid" (hal.155):

“من علامات السعادة والفلاح: أنَّ العبد كُلَّما زيدَ في عِلْمِه زِيْدَ في تواضعهِ ورَحْمَتِهِ، وكُلَّما زِيدَ في عملهِ زِيدَ في خَوْفِهِ وحذَرِهِ، وكُلَّما زِيدَ في عمرهِ نَقَصَ مِنْ حِرْصِهِ، وكُلَّما زِيدَ في مالهِ زِيْدَ في سَخَائِهِ وبذلهِ، وكُلَّما زيدَ في قَدْرِهِ وَجَاهِهِ زيدَ في قُرْبِهِ مِنَ النَّاسِ وقضاءِ حوائجهم والتَّواضع لهم.

 وعلامات الشَّقاوة: أنَّه كُلَّما زيدَ في عِلْمِهِ زيدَ في كِبْرِهِ وتِيْهِهِ، وكُلَّما زيدَ في عَمَلِهِ زيدَ في فَخْرِهِ واحتقارِهِ للنَّاسِ وحسن ظنِّه بنفسهِ، وكُلَّما زيدَ في عُمرهِ زيدَ في حرصهِ، وكُلَّما زيدَ في مالهِ زيدَ في بُخْلِهِ وإمْسَاكهِ، وكُلَّما زيدَ في قَدْرِهِ وجَاهِهِ زيدَ في كِبْرِه وتِيْهِهِ، وهذه الأمورُ ابتلاءٌ مِنَ الله وامتحانٌ يبْتلي بها عبَادهُ فيَسْعدُ بها أقوامٌ ويَشْقَى بها أقوامٌ”.

 "Termasuk tanda kebahagiaan dan kesuksesan ialah: bahwa setiap hamba yang setiap kali bertambah ilmunya lalu bertambah pula ketawadhu'annya dan kasih sayangnya, dan tiap kali bertambah amalnya maka bertambah pula rasa takutnya dan kewaspadaannya, dan tiap kali bertambah umurnya akan semakin berkurang ambisinya, dan tiap kali bertambah hartanya maka akan bertambah pula pemberiannya dan sedekahnya, dan tiap kali bertambah kekuasaan dan kedudukannya maka bertambah pula kedekatannya dengan orang-orang serta mudah memenuhi hajat mereka dan bersikap tawadhu' kepada mereka.

Dan tanda celakanya seseorang ialah: bahwasanya tiap kali bertambah ilmunya maka bertambah pula kesombongan dan keangkuhannya, dan tiap kali bertambah amalnya maka bertambah pula kebanggaannya dan pelecehannya terhadap orang lain serta merasa lebih baik pada dirinya, dan tiap kali bertambah umurnya maka bertambah pula ambisinya, dan tiap kali bertambah hartanya maka bertambah pula kebakhilannya serta kekikirannya, dan tiap kali bertambah kekuasaan dan kedudukannya maka bertambah pula kesombongan dan keangkuhannya, dan perkara-perkara ini merupakan petaka dari Alloh dan ujian yang diujikan kepada para hamba-Nya sehingga sebagian orang akan menjadi bahagia karenana dan sebagian lainnya menjadi celaka karenanya."

 Berkata sahabat Abud Darda' rodhiallohu 'anhu:

“علامة الجهلِ ثلاثة: العجبُ، وكثرة المنطق فيما لا يعنيه، وأنْ ينهى عن شيءٍ ويأتيه”

 " Tanda-tanda kebodohan ada 3: bangga diri, banyak bicara dalam hal yang tidak penting, dan melarang dari sesuatu yang dia sendiri mengerjakannya."

Dan berkata sahabat Ali bin Abi Tholib rodhiallohu 'anhu:

“الإعجاب آفة الألباب”.

 "Bangga diri merupakan penyakit hati."

Dan yang lainnya mengatakan:

“إعجاب المرء بنفسه دليلٌ على ضعف عقله”

 "Bangga dirinya seseorang merupakan pertanda akan lemahnya akal dia."

Dan para ulama berkata:

  “لا ترى المعجب إلاَّ طالباً للرئاسة”.

 "Anda tidak akan melihat orang yang bangga diri melainkan dia pencari kepemimpinan."

(Lihat: Jami' bayanil ilmi 1/570-571)

Maka setiap orang hendaknya mengetahui benar-benar bahwa sungguh Alloh mengawasinya, mengetahui apa yang tidak dapat dijangkau oleh mata serta apa yang tertanam di dalam dada, dan bahwasanya semua hati berada di antara jari jemari Alloh yang dapat Dia bolak-balikkan sekehendak-Nyasubhanah, dan dibawakan sanadnya oleh imam Ibnu Abi Hatim di dalam kitabnya "az-Zuhud" hal. 49 dari al-Hasan al-Bashri rohimahulloh akan ucapannya:

(إنَّ القلب لأشد طيرورة من الريشة في يومٍ عاصفٍ).

"Sungguh hati (setiap hamba) lebih mudah terbang dari bulu unggas di musim angin."

Semoga Alloh mengakhiri kehidupan kita dengan kebaikan, sholawat dan salam semoga terlimpahkan bagi nabi kita Muhammad dan keluarganya serta para sahabatnya. 

Source :
Oleh syaikh DR. Abdulloh bin Abdirrohim al-Bukhori -hafizhohulloh
Pesantren Terladu Serambi Mekkah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar