Senin, 13 April 2015

" HASAN AL-BASHRI, MENGINGGAT KEMATIAN "

Pesantren Terpadu Serambi Mekkah

      Hasan Al-Bashri, "Tidaklah seseorang itu memperbanyak mengingat kematian malainkan akan terlihat dalam amalannya, dan panjangnya angan seorang hamba itu pasti terlihat dari buruknya amalan dia."

       Hasan Al-Bashri, dalam sebuah kisahnya disebutkan bahwa ia pernah melewati seseorang yang tertawa, maka ia berkata kepadanya, "Wahai anak saudaraku, apakah anda pernah melewati Shiroth?" tentu saja ia menjawab, "Belum " Hasan  Bashri pun berujar, " lantas tahukah anda, kesurga ataukah keneraka anda akan pergi?" lelaki itu menjawab lagi, "Tentu saja tidak" Beliau berkata, "semoga Allah melimpahkan kesejehteraan pada anda, lalu mengapa anda sempat-sempatnya tertawa padahal urusan begitu mengerikan."

        "Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain." (Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi)

        "Al Qodhi mengatakan: Orang yang berilmu dimisalkan dengan bulan dan ahli ibadah dimisalkan dengan bintang karena kesempurnaan ibadah dan cahayanya tidaklah muncul dari ahli ibadah. Sedangkan cahaya orang yang berilmu berpengaruh pada yang lainnya" (Tuhfatul Ahwadzi, 7/376)

       "Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya" (Muqaddimah Shahih Muslim, 12/1)

        "Cukuplah kematian sebagai peringatan (berharga)." (Al Fudahil bin Iyadh dalam Az Zuhd-Al Baihaqi)

"Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur mereka." (Imam Abu Hanifah)

"Akhir perkataan Ibrahim ketika dilemparkan dalam kobaran api adalah “hasbiyallahu wa ni’mal wakil” (Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baik tempat bersandar)" (HR. Bukhari)

"Tidak ada suatu perkara yang lebih merusak amalan daripada perasaan ujub dan terlalu memandang jasa diri sendiri" (Ibnul Qayyim, Al-Fawa’id, 1/147)

"Umar bin Abdil Aziz mengatakan: Barangsiapa beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka kerusakan yang ditimbulkan lebih besar daripada perbaikan yang dilakukan." (Al Amru bil Maruf, Ibnu Taimiyah, 15)

"Ibnu Mas-ud berkata: Rasa takut kepada Allah Ta-ala, sudah cukup dikatakan sebagai ilmu. Anggapan bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan seseorang, sudah cukup dikatakan sebagai kebodohan" (Mushannaf Ibni Abi Syaibah, no. 34532)

Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri,

 “Sesungguhnya engkau bagaikan hari yang dapat dihitung. Jika satu hari berlalu, maka sebagian darimu juga akan pergi. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, namun engkau merasa seluruh yang ada padamu ikut pergi. Oleh karena itu, beramallah.” (Shifatush Shofwah, 1/405, Asy Syamilah)

al Hasan al Bashri pernah berkata, “wahai anak adam sesungguhnya engkau hanyalah sekumpulan hari-hari, maka jika telah berlalu hari, maka seakan-akan sebagian dari dirimu telah pergi”

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu berkata:

“Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad)

Al Hasan al Bashri pernah berkata, “wahai anak adam sesungguhnya engkau hanyalah sekumpulan hari-hari, maka jika telah berlalu hari, maka seakan-akan sebagian dari dirimu telah pergi”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar