Sabtu, 04 April 2015

" YANG TEGAR DI JALAN DAKWAH "

            Tegar di Jalan Dakwah
          Resume dan Analisis Buku

            TEGAR DI JALAN DAKWAH
          (Penulis : Cahyadi Takariawan)

BAB I : Problematika Internal Aktivis Dakwah

       Jalan dakwah bukan jalan yang mudah dilalui. Rintangan, onak, dan duri akan setia menghiasi jalan ini. Yang demikian itu merupakan ujian keimanan bagi para aktivis dakwah. Inilah esensinya, sesungguhya ujian memang diperlukan oleh orang-orang mukmin dalam meningkatkan kapasitasnya.

        Rintangan dalam jalan dakwah akan banyak muncul dari dalam diri aktivis itu sendiri. Inilah yang disebut penulis sebagai Problematika Internal Aktivis Dakwah.

1.Gejolak Kejiwaan

        Aktivis dakwah adalah manusia biasa yang memiliki permasalahan kejiwaan layaknya manusia pada umumnya. Mereka bisa senang, sedih, sakinah, kecewa, bangga, cemas, tnang, gelisah, bahkan marah. Pun memiliki gejolak dalam diri yang berupa gejolak syahwat, gejolak amarah, gejolak heroisme, dan gejolak kecemburuan. Jika tidak dikelola dengan tepat, gejolak ini berdampak negatif terhadap kegiatan dakwah.

2. Ketidakseimbangan Aktivitas

        Ketidakseimbangan hanya akan melahirkan ketidakbaikan Ini adalah gejala yang melawan fitrah kehidupan yang bisa menimbulkan kerusakan. Ketidakseimbangan ini bisa berbentuk ketidakseimbangan antara aktivitas ruhaniyah dengan aktivitas lapangan, ketidakseimbangan antara dakwah di dalam dengan di luar rumah tangga, ketidakseimbangan antara aktivitas pribadi dengan organisasi, ketidak seimbangan antara amal tarbawi dengan amal siyasi, ketidak seimbangan antara perhatian terhadap aspek kualitastitas SDM. Ketidak seimbangan ini bisa dipicu oleh beberapa sebab:

       pola kerja infiradiyah, lemahnya perasaan mas’uliyah, kesalaha cara pandang, kesalahan dalam membuat perhitungan, serta pembagian tugas yang buruk. Sedangkan solusinya bisa dicapai dengan jalan ruhiyah (dengan memperkuat dan memantapkan ruhiyah diri) maupun jalan idariyah (seperti musyawarah, pertimbangan komprehensif, dan partisipasi aktivis)

3. Latar Belakang dan Masa Lalu Aktivis

        Bagusnya latar belakang dan masa lalu yang dimiliki aktivis merupakan modal yanng mendukung suksesnya perjuangan di medan dakwah. Namun adakalanya seorang aktivis  dakwah memiliki latar akwah belakang dan masa lalu yang kurang baik yang lantas membuatnya  tertekan dengan kondisi itu. Misalnya saja aktivis yang berasal dari keluarga dengan pemahaman keagamaan yang kurang baik atau mungkin aktivis yang memiliki sifat dan perilaku jahiliyah di masa lalu. Namun apapun itu, yang terpenting adalah upaya dalam mengambil langkah perbaikan untuk diri sendiri dan juga keluarga.

4. Penyesuaian Diri

        Dakwah tidak bisa mencapai tujuan jika hanya berada dalam satu tahapan saja, tanpa menapaki tahapan berikutnya. Untuk itu harus diimbangi dengan penyesuaian diri para aktivisnya. Bukan hanya diupayakan oleh diri aktivis masing-masing, melainkan juga difasilitasi oleh kelembagaan d

5. Friksi Internal

        Friksi ini bisa timbul dari lingkungan yang kecil seperti intern sebuah lembaga dakwah, atau antarlembaga, atau antarpersonal pendukung dakwah. Banyak gerakan dakwah yang harus tutup usia dan kini tinggal nama karena problematika ini. Friksi dalam sejarah dakwah memberi beberapa pelajaran penting bagi kita: bahwa friksi merupakan indikasi kelemahan proses tarbiyah, friksi menandakan adanya kelemahan dalam penjagaan diri para aktifis dakwah, restrukturiasi dakwah tepat dilakukan terhadap orang-orang yang telah memahami karakter dakwah itu sendiri, friksi juga bukti keberadaan ego manusia, penumbuhan al-wa’yul islami (kesadaran berislam) dan al-wa’yu ad-da’awi (kesadaran dakwah) lebih utama dibandingkan sekedar meletupkan hamasah (semangat) bergerak, dan sangat mungkin friksi timbul karena hadirnya pihak ketiga yang sengaja “memecah” jamaah.

BAB II : Problematika Eksternal Dakwah

       Problematika eksternal dakwah yang bisa menjadi bahaya besar bagi kebaikan bangsa dan masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam meliputi problematika spiritual dan kultural, problematika moral, dan problematika sistemik.

       Diantara problematika dakwah di Indonesia yang menyangkut aspek spiritual dan kultural adalah: berhala-berhala modern baik berupa teknologi yang dijadikan rujukan kebanaran, sains yang diabsolutkan, materi yang ditaati, maupun kekuasaan yang dipuja-puja; syirik, khurafat dan tahayul yang masih merebak di masyarakat; globalisasi dan dialektika kultural; serta tradisi baik yang sudah tergerus dan tergantikan dengan budaya negatif efek perkembangan peradaban.

        Problematika moral diantaranya adalah minuman keras dan penyalah gunaan  obat-obatan, penyelewenangan seksual, perjudian dan penipuan, serta tindakan brutal dan kekerasan.

       Sedangkan yang dimaksudkan dengan problematika sistemik adalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), kemiskinan, kebodohan, dan ancaman disintegrasi bangsa.

BAB III : Daya Tahan di Medan Dakwah

       Dakwah yang merupakan jalan panjang dan lintas generasi niscaya memerlukan daya tahan yang permanen. Bagi, individu kader dakwah daya tahan ini jug harus dimiliki agar tetap istiqamah sampai mengakhiri sejarah kehidupan nya dengan husnul khatimah.

       Untuk itu, paling tidak ada lima faktor yang perlu dimiliki para aktifis dakwah untuk merealisir daya tahan di medan dakwah:

1. Menguatkan dan membersihkan motivasi,
2. Menggapai derajat iman,
3. Menggandakan kesabaran,
4. Kekuatan ukhuwah,
5. dan dukungan soliditas struktur.

       Untuk menguatkan dan membersih kan motivasi kita perlu selalu memahami makna ikhlas dan berupaya mencapainya dengan jalan: senantiasa memperbaharui niat, berusaha keras menunaikan kewajiban, berusaha keras mewujudkan kecintaan kepada Allah, merasakan pengawasan Allah, dan hati-hati dalam beramal.

         Untuk mencapai derajat iman kita perlu : memiliki orientasi rabbani, yakni menjadikan seluruh aktifitas selalu berorientasi kepada Allah, dan sebalik nya, berhati-hati terhadap orientasi duniawi. Jika kita mampu mencapai derajat iman ini, maka Allah menjanjikan kemenangan atas musuh, jaminan bahwa orang-orang kafir takkan menguasai, mendapatkan izzah, mendapatkan kehidupan dan rezeki yang baik, menjadi khalifah di muka bumi, serta mendapatkan surga di akhirat nanti.

        Untuk bisa menggandakan kesabaran kita perlu memberikan dorongan jiwa untuk mengejar dengan sungguh-sungguh faedah-faedah yang ditimbulkan oleh kesabaran, dan betapa besar buahnya bagi agama dan keduniaan kita serta melawan pengaruh hawa nafsu. Jika kesabaran telah kita miliki maka kita akan mendapatkan hikmahnya yang luar biasa: dijadikan pemimpin, pahala yang besar, kebersamaan Allah, dan mendapatkan berbagai macam kebaikan karena sabar.

         Untuk membangun ukhuwah kita perlu memotivasi diri dengan keteladanan ukhuwah di zaman kenabian lalu memperbaiki hubungan sesama aktifis dakwah berlandaskan cinta dan kasih sayang. Kita juga harus meminimalisir penghambat-penghambat ukhuwah. Jika kekuatan ukhuwah ini terbangun kokoh, maka daya tahan kita sebagai aktifis dakwah maupun daya tahan jamaah di medan dakwah akan semakin kokoh.

         Sedangkan upaya membangun soliditas struktur paling tidak meliputi konsolidasi manajerial dan konsolidasi operasional. Konsolidasi manajerial dilakukan dengan penataan manajemen yang bagus dan profesional dalam setiap jalur dan lini. Selain mengambil prinsip-prinsip dari Al-Qur'an dan Hadits, prinsip manajemen modern juga bisa diterapkan. Konsolidasi operasional dimaksudkan untuk menyinkronkan berbagai kegiatan dalam skala gerakan, sekaligus senantiasa mengarahkan gerak dakwah kepada tujuan yang ditetapkan. Selain itu, untuk membangun soliditas struktur perlu menghindari hal-hal yang bisa merusaknya yaitu munculnya sekat komunikasi dan lemahnya imunitas struktural (mana'ah tanzhimiyah).

BAB IV: Yang Tegar di Jalan Dakwah

        Jalan dakwah ini pasti dipenuhi dengan beragam kesulitan, hambatan, rintangan, tribulasi. Para aktifisnya akan berhadapan dengan beragam mihnah, sebagaimana para da'i generasi sebelumnya sejak Rasulullah dan para shahabatnya, tabi'in, tabiut tabi'in, dan seterusnya.

       Diantara mihnah itu ada yang berupa ejekan, gelombang fitnah, teror fisik, manisnya rayuan, tekanan keluarga, keterbatasan ekonomi, kemapanan, sampai kekuasaan. Kader dakwah harus tegar dalam menghadapi semua mihnahitu.

        Agar tegar dalam menghadapi ejekan, sadarilah bahwa ejekan kepada Rasulullah jauh lebih hebat; maka biarkan saja semua orang mengejek, tidak perlu diladeni. Agar tegar dalam menghadapi fitnah, tetaplah bekerja dan beramal maka umat akan tahu siapa yang benar dan siapa yang tukang fitnah. Agar tegar dalam menghadapi teror fisik, tawakallah kepada Allah dan berdoalah senantiasa, di samping persiapan lain yang juga perlu dilakukan oleh struktur dakwah. Agar tegar dalam menghadapi manisnya rayuan, jagalah keikhlasan dan senantiasa memperbarui niat, waspada dan tetap bersama jamaah. Agar tegar dalam menghadapi tekanan keluarga, ketegasan harus diutamakan .

       Iman tidak bisa ditukar dengan keluarga, jika memang itu pilihannya. Agar tegar dalam kondisi kekurangan/keterbatasan ekonomi, bersabar adalah kuncinya. Kekuatan ukhuwah sesama aktifis dakwah juga berperan penting untuk menjaga kita tetap tegar. Agar tegar dalam kemapanan harus memiliki paradigma semakin banyak kekayaan, semakin banyak kontribusi bagi dakwah. Maka yang diteladani adalah Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Agar tegar di puncak kekuasaan, kelurusan orientasi perjuangan, ketaatan pada manhaj dakwah Rasulullah dan keyakinan akan janji-jani-Nya. Dan pada semua mihnah, kedekatan dengan Allah dan tawakkal kepada-Nya merupakan kunci utama agar tegar di jalan dakwah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar